Oleh Baim
Baru ku sadari kalau aku kehilangan
Terbangun dari tidur ku dan merasakan sepi
Kulihat api dan hujan bagaikan diriku dan dirimu
Seperti nya kau tak sama dengan diri ini
Namun ku yakin kau kembali untukku
Reef:
Aku yakin kau milikku untuk selamanya di sisiku
Ku berlari meraih mu
Masih ku rasakan kau milikku selamanya....
Selalu terlihat di setiap mimpiku
Kau coba tuk meraih setiap langkah gerakku
Kulihat bulan dan bintang itulah dirimu dan diriku
Seharus nya kau dan aku tetap memiliki
Namun ku yakin kau kembali untukku
Back to Reff:
Selalu milikku...selalu milikku
Back to Reff:
Namun ku yakin kau kembali untukku...(3X)
“Whatever we possess becomes of double value when we have the opportunity of sharing it with others"
Saturday, February 16, 2008
Tuesday, February 5, 2008
Selamatkan Bumi dari Plastik
Selasa, 5 Februari 2008 | 22:14 WIB
DIPERKIRAKAN, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Di Bandung sendiri, volume sampah plastik per harinya mencapai 700 meter kubik. Bisa menutupi 50 lapangan sepakbola sekaligus!
Yang jadi persoalan, dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya. Di alam, sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik tidak mudah terurai oleh organisme. Dibutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Sebuah waktu yang sangat lama. Akibatnya, di banyak tempat, plastik menjadi sumber masalah. Menyumbat saluran air, tanggul, sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Dampak negatif kantong plastik atau ”tes kresek” terhadap kesehatan tidak kalah mengerikan. Berdasarkan penelitian I Made Arcana, dosen kimia Institut Teknologi Bandung, zat pewarna hitam yang umumnya ada di kantong plastik berbahaya bagi kesehatan. Zat ini kalau terkenas panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. Maka, dianjurkan tidak menaruh gorengan atau makanan panas lainnya langsung di kantong plastik.
Lantas, apa solusinya mengatasi persoalan kantong plastik? Yang pasti, jangan pernah mencoba membakarnya. Jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi.
Seperti diungkapkan angggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, didaur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.
”Jika memang belum bisa, apa ya terpaksa gali kembali kearifan lokal macam penggunaan pincuk (daun pisang)?", ucapnya.
Dilarang di China dan Australia
Keprihatinan Sobirin sangatlah beralasan. Menurut dia, di Indonesia, tidak lebih 10 persen warga yang peduli lingkungan. Apalagi, peduli terhadap dampak negatif sampah plastik. Meski demikian, ia optimis, melalui edukasi, sosialisasi, dan kampanye, masyarakat lambat laun akan tergugah. Ini tidak terlepas dari pentingnya peranan pemerintah.
”Wali Kota Bandung misalnya, perlu mendukung lewat kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik di supermarket,” ungkapnya.
Di negara maju, kampanye penggunaan kantung plastik mendapat dukungan dari negara. Salah satunya, China. Mulai Juni 2008 ini, seluruh supermarket dan toko-toko di Cina dilarang memberikan kantung plastik gratis kepada konsumen. Pembeli dianjurkan memakai keranjang sebagai pengganti. Namun, hebatnya, sinergi dengan hal itu, berbagai industri polimer di China gencar mengembangkan plastik biodegradable (dapat terurai).
Banyak jenis polylaktida (plastik berbahan dasar selulosa) dikembangkan. Salah satunya yaitu ”SmartPlast Bag” yang berlogo ramah lingkungan. Plastik berpenampilan layaknya keresek normal berwarna putih ini terbuat dari tajin jagung. Di alam, plastik ini dapat terurai hanya dalam waktu setengah tahun tanpa dampak negatif apa pun. Langkah ini diikuti di Australia.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia, khususnya Kota Bandung? Terlalu naïf jika mengharapkan hal yang sama dengan Australia dan China. Namun, sinyalemen positif mulai ditunjukkan sejumlah pelaku usaha di Bandung. Di Carrefour, saat ini disediakan tas belanja khusus pengganti kresek. Harganya Rp 10.000 per kantong. Kalau rusak, bisa ditukarkan.
Terlepas dari upaya itu, seperti diungkapkan novelis Dewi Lestari, semuanya akan berpulang kepada individu manusia. Kesadaran diri-lah yang menentukan. Lingkungan, satu-satunya aspek di dunia yang bisa menyatukan berbagai latarbelakang manusia dan negara. Mari bersatu menyelamatkan ”rumah” kita.
Sumber :
Yulvianus Harjono
http://kompas.co.id/read/xml/2008/02/05/22145139/selamatkan.bumi.dari.plastik
DIPERKIRAKAN, 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat! Di Bandung sendiri, volume sampah plastik per harinya mencapai 700 meter kubik. Bisa menutupi 50 lapangan sepakbola sekaligus!
Yang jadi persoalan, dampak negatif sampah plastik ternyata sebesar fungsinya. Di alam, sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik tidak mudah terurai oleh organisme. Dibutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Sebuah waktu yang sangat lama. Akibatnya, di banyak tempat, plastik menjadi sumber masalah. Menyumbat saluran air, tanggul, sehingga mengakibatkan banjir bahkan yang terparah merusak turbin waduk.
Dampak negatif kantong plastik atau ”tes kresek” terhadap kesehatan tidak kalah mengerikan. Berdasarkan penelitian I Made Arcana, dosen kimia Institut Teknologi Bandung, zat pewarna hitam yang umumnya ada di kantong plastik berbahaya bagi kesehatan. Zat ini kalau terkenas panas dapat terdegrasi dan mengeluarkan zat yang menjadi salah satu pemicu kanker. Maka, dianjurkan tidak menaruh gorengan atau makanan panas lainnya langsung di kantong plastik.
Lantas, apa solusinya mengatasi persoalan kantong plastik? Yang pasti, jangan pernah mencoba membakarnya. Jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai dioksin. Senyawa ini sangat berbahaya bila terhirup manusia. Dampaknya antara lain memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf, dan memicu depresi.
Seperti diungkapkan angggota Dewan Pakar Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPLKTS) Sobirin, pengolahan sampah menjadi solusi terbaik. Jika rumah tangga atau komunitas terkecil di lingkungan belum bisa mengolahnya, didaur ulang, maka pemilahan menjadi langkah kecil terbaik.
”Jika memang belum bisa, apa ya terpaksa gali kembali kearifan lokal macam penggunaan pincuk (daun pisang)?", ucapnya.
Dilarang di China dan Australia
Keprihatinan Sobirin sangatlah beralasan. Menurut dia, di Indonesia, tidak lebih 10 persen warga yang peduli lingkungan. Apalagi, peduli terhadap dampak negatif sampah plastik. Meski demikian, ia optimis, melalui edukasi, sosialisasi, dan kampanye, masyarakat lambat laun akan tergugah. Ini tidak terlepas dari pentingnya peranan pemerintah.
”Wali Kota Bandung misalnya, perlu mendukung lewat kebijakan pelarangan penggunaan kantong plastik di supermarket,” ungkapnya.
Di negara maju, kampanye penggunaan kantung plastik mendapat dukungan dari negara. Salah satunya, China. Mulai Juni 2008 ini, seluruh supermarket dan toko-toko di Cina dilarang memberikan kantung plastik gratis kepada konsumen. Pembeli dianjurkan memakai keranjang sebagai pengganti. Namun, hebatnya, sinergi dengan hal itu, berbagai industri polimer di China gencar mengembangkan plastik biodegradable (dapat terurai).
Banyak jenis polylaktida (plastik berbahan dasar selulosa) dikembangkan. Salah satunya yaitu ”SmartPlast Bag” yang berlogo ramah lingkungan. Plastik berpenampilan layaknya keresek normal berwarna putih ini terbuat dari tajin jagung. Di alam, plastik ini dapat terurai hanya dalam waktu setengah tahun tanpa dampak negatif apa pun. Langkah ini diikuti di Australia.
Lantas, bagaimana dengan Indonesia, khususnya Kota Bandung? Terlalu naïf jika mengharapkan hal yang sama dengan Australia dan China. Namun, sinyalemen positif mulai ditunjukkan sejumlah pelaku usaha di Bandung. Di Carrefour, saat ini disediakan tas belanja khusus pengganti kresek. Harganya Rp 10.000 per kantong. Kalau rusak, bisa ditukarkan.
Terlepas dari upaya itu, seperti diungkapkan novelis Dewi Lestari, semuanya akan berpulang kepada individu manusia. Kesadaran diri-lah yang menentukan. Lingkungan, satu-satunya aspek di dunia yang bisa menyatukan berbagai latarbelakang manusia dan negara. Mari bersatu menyelamatkan ”rumah” kita.
Sumber :
Yulvianus Harjono
http://kompas.co.id/read/xml/2008/02/05/22145139/selamatkan.bumi.dari.plastik
Subscribe to:
Posts (Atom)
Related Posts
-
Biasanya, saat mencetak dengan menggunakan Printer Epson terjadi error sehingga mengharuskan Reset Printer Epson secara Manual . Indikasi a...
-
A : 2.27% (5%) B : 13.59 % (20%) C : 68.26% (50%) D : 13.59 % (20%) E : 2.27% (5%) Kurva normal adalah satu model distribusi dari s...
-
Kita telah mendapatkan kabar bahwa virus corona COVID-19 menyebar lewat droplet (percikan cairan). Bakteri, virus, dan kuman penyakit ...
-
Jika kita baca media massa baik berupa media cetak atau pun media online, lebih sering digunakan kata sekira untuk menggantikan kata kira...
-
Sebagai warisan dunia tembok yang terkenal di dunia bukan hanya Great Wall of China atau Tembok Raksasa Cina / Tiongkok, tapi masih ada beb...