“I don’t care you score one goal or more. The most important thing is winning the game. As simple as that,” kata Mourinho dengan pers Italia.
Mourinho menganut paham “yang penting menang”.
Jose Mourinho selalu mampu membuktikan diri sebagai figur yang lebih bernilai dari pemain bintang di kesebelasan yang ia asuh. Mourinho juga mampu memperlakukan lapangan bola layaknya papan catur.
Duet Lucio dan Walter Samuel di jantung pertahanan sangat kuat dengan koordinasi duet Brasil-Argentina. Fokus Mourinho bukan hanya pertahanan belakang, tetapi lini tengah sebagai peredam awal serangan lawan dengan mengandalkan Esteban Cambiasso dan Thiago Motta, atau sesekali Dejan Stankovic yang aslinya adalah gelandang serang.
Di lini tengah inilah, Mourinho menerapkan strategi pertahanan zona dan bukan man to man marking. Sehingga dua bek sayap Javier Zanetti dan Maicon yang justru lebih sering beroperasi di garis tengah.
Prinsip memenuhi sektor tengah dan menghambat serangan lawan di sana nampaknya menjadi trend baru taktik Mourinho.
Mourinho dikenal sebagai orang yang sangat rinci mempelajari kekuatan dan kelemahan lawan. Ia dengan jenial kemudian mampu menyiapkan tim untuk secara efektif meredam kekuatan lawan dan mengeksploitir kelemahan lawan secara maksimal. Itulah sebabnya Mourinho dianggap tidak pernah mempunyai pola permainan yang baku. Yang baku dari anak asuh Mourinho adalah kemampuan untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan permainan lawan.
Anak asuhnya dilatih sedemikian rupa seperti mesin yang mulus dan bergerak secara otomatis dan instingtif. Tidak ada sedetik pun jeda ketika pemain kebingungan dengan posisi ataupun tak tahu dengan tugas yang harus dilakukan.
--------------------------------------------------
Semifinal Leg 1
Itu yang terjadi saat mengalahkan Barcelona kemarin. Lionel Messi dikunci sedemikian rupa. Xavi Hernandez dibuat tak bisa mengalirkan bola dengan nyaman. Akibatnya Zlatan Ibrahimovic sebagai penyerang tunggal di depan terisolasi. Mourinho memutus jaringan antara depan dan tengah. Messi dan Xavi bahkan harus turun ke bawah untuk mendapatkan bola, meski tetap macet untuk mengalirkannya ke depan.
Ini khas tim Spanyol. Para gelandang selalu “membiarkan” empat pemain bertahan menahan gempuran lawan sendirian. Saat melawan Inter, lini tengah Barca benar-benar “mati”. Menyerang tak bisa, bertahan pun lumpuh.
Ketika sudah berhasil mematikan daya ofensif Barcelona, renacana Mourinho untuk membangun kekuatan serangan menjadi lebih mudah. Sebenarnya ini sudah dirancang sejak putaran kedua musim ini. Masuknya Goran Pandev dan Wesley Sneijder membuat rencana Mourinho bisa berjalan sempurna.
Pandev ditempatkan melebar di kiri, Samuel Eto’o lebih ke kanan dan Milito di tengah. Sedangkan Sneijder dibiarkan menjadi hantu untuk bergerak bebas ke manapun. Itu sebabnya pemain Belanda ini bisa dengan bebas berdiri di sisi kiri pertahanan Barcelona untuk mencetak gol ke gawang Victor Valdes.
Bagaimana efektivitas serangan ini bekerja sebenarnya sudah terlihat saat Inter memukul Chelsea. Serangan bekas timnya itu dibuat macet di tengah sehingga Didier Drogba hanya kebanyakan berlari. Di putaran kedua musim ini, Mourinho benar-benar hanya mengandalkan empat pemain depan tersebut dalam membangun serangan.
Tak ada lagi Cambiasso yang sering beredar hingga kotak penalti lawan, padahal dulu dia punya mobilitas luas.
-----------------------------------------------------
Semifinal Leg 2
Inter dengan sengaja membiarkan Barcelona terus menerus memegang bola, tetapi pada saat bersamaan menutup gerak pemain-pemain tengah El Barca yang dikenal mampu melakukan umpan-umpan brilian; menutupnya kalau diperhatikan tidak dengan menempel terlalu ketat, kelonggaran yang terjaga.
Ada dua alasan mengapa Mourinho menginstruksikan pemainnya untuk mengawal dengan kelonggaran yang terjaga. Pertama, kalau terlalu ketat permainan satu dua ataupun segitiga Barcelona yang dikenal hebat pasti akan dengan mudah melewati lini tengah Inter. Kedua, untuk memberi kesan kepada pemain Barcelona bahwa selalu ada lobang dalam pertahanan Inter. Namun setiap kali pemain Barcelona akan memanfaatkan lobang yang sepertinya tersedia itu, maka dengan cepat pemain belakang Inter akan menutupnya.
Sepanjang pertandingan Barcelona berkonsentrasi untuk terus-menerus memanfaatkan lobang pertahanan itu, tetapi berulangkali pula pemain defender Inter bereaksi sama cepatnya. Seperti kejar mengejar. Pemain Inter telah berminggu-minggu melatih hal itu.
Bahkan ketika Thiago Motta terkena kartu merah, pemain Inter Milan tidak panik. Mereka sekadar menyesuaikan diri dan bekerja lebih keras lagi.
Inter bermain bertahan menyusul pengusiran terhadap Thiato Motta. Barca hanya bisa mencetak satu gol berbau offside lewat aksi Gerard Pique, tapi tidak cukup meloloskannya ke final.
Saat Zlatan Ibrahimovic ditarik keluar, Inter sedikit mengubah taktik dengan semakin menumpuk pemain di tengah dan memaksa Barcelona melakukan serangan dari sayap. Umpan-umpan tarik melambung dari sayap mudah dimentahkan oleh pemain belakang Inter karena ancaman dari udara hampir tidak ada lagi dengan telah ditariknya Ibrahimovic yang jangkung.
Bagi Inter umpan-umpan silang ke kotak penalti bukan sesuatu yang sulit diantisipasi.
-----------------------------------------------
Banyak yang mengecam Mourinho saat itu memainkan permainan negatif dan tidak indah. Kontras total dengan Barcelona. Tetapi banyak pula yang membela Mourinho dengan mengatakan apa yang ditampilkan anak asuh Mourinho adalah keindahan dalam bentuk yang berbeda. Membutuhkan imajinasi yang tak kalah rumit, mengundang risiko yang tak terhingga dan eksekusi dengan konsentrasi tingkat tinggi.
Mourinho sudah semakin matang sebagai ahli strategi. Bukan strategi yang cantik, tapi efektif. Demi kemenangan.
Sumber :
http://www.goal.com
http://sport.detik.com
http://sekadarblog.com
http://www.zonalmarking.net
http://www.dailymail.co.uk
No comments:
Post a Comment