Apalagi jika sedang dinas luar kota. Rasa-rasanya ingin mencari 1 hari lagi diantara hari Jumat dan Sabtu. Untuk itu saat mencari makan siang saat keluar kota yang tempat makan yang dicari adalah bukan yang enak atau yang bikin kenyang. Tapi yang terpenting adalah yang cepat.
Salah satu tempat makan itu adalah warung Masakan Padang. Selain cepat saji rasanya juga mantap dan yang pasti bikn kenyang.
Bagi masyarakat Minang, pergi keluar dari kampung kelahirannya sudah menjadi tradisi. Termasuk Bustaman yang lahir dan dibesarkan di Lubuk Jantan, Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat, yang memutuskan untuk merantau ke kota Jambi pada 1955 dan kemudian pergi merantau lagi ke Jakarta.
Di kota Jambi, Bustaman yang hanya lulusan kelas dua sekolah rakyat (setara SD) mengadu nasib dengan mulai dari bekerja di kebun karet, menjual koran, mencuci piring di sebuah rumah makan hingga menjadi pedagang asongan.
Singkat cerita akhirnya Bustaman bisa menikmat hasil jerih payahnya. Rumah Makan Padang Sederhana miliknya sudah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia hingga Malaysia, baik atas nama sendiri maupun investor melalui sistem franchise. Rumah Makan Padang Sederhana milik Bustaman adalah yang memiliki logo rumah Gadang dengan tulisan SA.
1. Pemilik modal yg bisa juga terdiri dari beberapa orang
2. Tukang masak yang bertugas memasak dan menentukan jumlah bahan mentah yg harus dibeli tiap hari sesuai dengan omset harian dari rumah makan,
3. Toke (bagian pembelanjaan) yang bertugas berbelanja dan mencatat pemasukan dan pengeluaran keuangan,
4. Tukang sanduak (tukang sendok) adalah orang yg berdiri dietalse dan tugasnya membagikan makanan ke piring kecil,
5. Bahagian tangah (bagian tengah) yg tugasnya adalah mengantar makanan ke meja yg ada tamunya atau mengangkat makanan dan piring kosong,
6. Tukang cuci piring.
7. Kasir.
Setelah 3 bulan atau 100 hari dilakukan hitungan besar, berapa omset selama 100 hari untuk menentukan laba yg didapat. Setelah omset diketahui, kemudian dipotong dengan pengeluaran harian, sewa tempat, penggantian peralatan yg rusak, maka akan didapat laba bersih lalu selanjutnya dilakukan pembagian hasil. Yaitu pada umumnya sebagai berikut :
Pemilik modal akan mendapat bagian 30 % dan 70 % untuk team pengelola.
Mato atau persentase yang paling besar didapat oleh tukang masak yaitu 25%, toke 20%, tukang sanduak 15%, bagian tengah 15%, tukang cuci 15% dan kasir 10%.
Manajemen seperti ini telah berlangsung semenjak puluhan tahun yg lalu didalam rumah makan Padang. Ini adalah manajemen dengan pembagian hasil kepada pekerjanya, dengan prinsip yg adil dan sesuai dengan norma norma agama Islam yg umumnya dianut oleh orang Minang yang menyiratkan falsafah Minang yang demokratis, seperti berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Sumber :
http://www.readersdigest.co.id/Uang/Investasi%20dan%20Bisnis/cerita.di.balik.rumah.makan.padang.sederhana/004/001/96
http://id.wikipedia.org/wiki/Masakan_Padang
http://blog.nozyra.com/archives/3/comment-page-1
No comments:
Post a Comment