Pages

Tuesday, June 9, 2015

San Andreas


Sebenarnya film San Andreas ini mau aku tonton minggu lalu, tapi karena minggu sebelumnya adalah musim UAS (Ujian Akhir Semester) akhirnya aku tahan keinginan pergi ke bioskop. UAS baru hari Senin selesai, dan akhirnya baru malam ini yaitu hari Selasa malam aku punya waktu luang.

Mungkin karena film ini sudah mulai usai di bioskop akhirnya yang menonton sepi, hanya 5 orang termasuk aku dan istriku. Ya, benar. Gedung bioskop seluas ini hanya 5 orang saja yang menonton. Jadi serasa nonton film dirumah saja saking sepinya.


San Andreas bercerita tentang Ray (Dwayne Johnson) yang bertugas sebagai pilot helikopter penyelamat dimana dia harus menyelamatkan putrinya yang bernama Blake (Alexandra Daddario) dan istrinya, Emma (Carla Gugino) dari amukan bencana gempa bumi terjadi di California, Los Angeles.

Dr. Lawrence Hayes diperankan oleh Paul Giamatti, dalam peran tersebut ia berjuang keras mengingatkan masyarakat tentang adanya ancaman gempa bumi di San Andreas, Amerika Serikat, namun tidak ada yang percaya, hingga akhirnya prediksi tersebut benar terjadi.

Film "San Andreas" merupakan kisah film fiksi ilmiah tentang ancaman gempa bumi tektonik. Gempa tektonik sebesar 9,6 skala richter yang dikisahkan sebagai gempa tektonik terbesar sepanjang sejarah.

Film ini diangkat dari fakta mengenai Patahan San Andreas. Patahan tersebut memiliki panjang 1.300 km yang membentang di California, Amerika Serikat. Patahan ini membentuk batas tektonik antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.

Patahan San Andreas ditemukan pertama kali di California Utara oleh seorang profesor geologi Berkeley Andrew Lawson tahun 1895. Setelah gempa bumi San Francisco 1906, Lawson menemukan bahwa Patahan San Andreas membentang hingga ke California Selatan.

Sepanjang film penonton akan disuguhkan adegan menegangkan tentang orang-orang yang menghindari reruntuhan gedung. Gempa-gempa susulan menambah suasana lebih menegangkan karena banyak adegan tak terduga dengan suara gemuruh yang kencang.

Visualisasi gempa terlihat nyata dengan, teknik pengambilan gambar perspektif burung, tanah terlihat bergoyang hebat menunjukkan betapa dahsyatnya 9,6 skala richter. Kemudian gedung pencakar langit juga seakan limbung tak berdaya manahan goncangan tanah.

Rentetan peristiwa terus terjadi, setelah berhasil membawa istrinya, perjuangan Ray semakin sulit ketika mengetahui helikopternya mengalami masalah dan harus mendarat darurat di tengah kota dengan menjatuhkan diri.

Setelah itu Ray mencari Blake melalui jalur darat. Namun, seperti adegan khas Hollywood, adegan penyelamatan tidak akan terlihat mudah, dan harus melalui beberapa rintangan untuk menunjukkan keahlian spesial dari tokoh utama.

Ray harus dipaksa memutar jalur sepanjang 110 km, karena terhalang oleh patahan San Andreas yang terlihat menganga dan semakin melebar menuju pusat kota.

Tidak kehilangan akal, Ray secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pilot lokal senior yang memiliki pesawat perintis khusus sekolah penerjun payung.

Maka ia menukar mobilnya dengan pesawat tersebut, di tengah perjalanan lagi-lagi petaka muncul, bandara di tengah kota rusak parah dan tidak bisa digunakan untuk pendaratan, padahal bandara tersebut memiliki lokasi yang tidak jauh dari tempat putrinya berada.

Naluri seorang ayah Rey menuntut untuk berusaha semaksimal mungkin dengan segala cara, akhirnya ia memilih terjun menggunakan parasut dari pesawat tersebut, walau hanya dengan satu parasut.

Tidak cukup dengan gempa, karena posisi San Andreas dekat dengan laut maka telah memicu potensi tsunami. Benar saja, pengetahuan Ray sebagai regu penyelamat membuat nalurinya bergerak lebih dulu memutar speed boatnya ketika mengetahui air laut mulai surut secara drastis.

Ia bergegas menuju arah berlawanan dari tsunami sebelum gelombang pasang mencapai puncaknya. Kapal pembawa peti kemas besi pun ikut terseret menuju tengah kota.


Agar terlihat sebagai film aksi fiksi ilmiah tentang bencana alam, maka peran dari ilmuwan dimunculkan sebagai penjelas dari kronologis bencana tersebut.

Dr.Lawrence akhirnya menemukan kebenaran dari teorinya antara keterkaitan gelombang medan magnet bumi dan gerakan patahan bumi adalah saling berkaitan. Dengan adanya penemuan teori tersebut, ia berhasil memprediksi akan datangnya gempa susulan dan juga titik terparah yang akan dilalui oleh gelombang gempa.

Setelah sekian lama ia tidak dipercaya dan selalu diremehkan ahli geologi lainnya, Lawrence mengajak media lokal untuk menyiarkan penemuannya tersebut, serta berusaha memperingatkan wilayah mana saja yang akan diguncang gempa hebat.

Melalui siaran televisi dengan reporter lokal yang kebetulan berada di kantor untuk wawancara dengan Lawrence, ia menyebarluaskan informasi tersebut.

Ia berusaha untuk mengurangi jumlah korban yang muncul dengan memberi peringatan evakuasi dini kepada masyarakat luas.

Film ini seolah mengingatkan kepada masyarakat bahwa bencana alam tidak bisa dihindari, namun bisa dilakukan penelitian untuk pencegahan dini. Walau pun hingga sekarang belum ada alat atau teknologi yang bisa memprediksi secara pasti kapan gempa bumi tektonik akan muncul dan wilayah mana saja yang terkena dampaknya.

Audio visual dari film ini mampu membuat penonton terkejut akan adegan yang tidak terduga dari sebuah gempa. Usaha penyelamatan juga terlihat nyata dengan keadaan yang diburu oleh waktu penyelamatan dan runtuhnya gedung yang hampir bersamaan.

Sepanjang 114 menit durasi film, penonton akan disuguhakan drama dan aksi penyelamatan, serta digambarkan berbagai karakter naluri bertahan hidup orang-orang dalam menghadapi bencana yang berpotensi menghilangkan nyawanya.


Sumber :
http://www.film21bioskop.com/2015/01/film-san-andreas-2015-bioskop.html
http://nahwi-film.blogspot.com/2014/12/san-andreas-2015.html
http://www.wowkeren.com/film/san_andreas/
http://www.antaranews.com/berita/499451/san-andreas-wujud-gempa-96-sr

No comments:

Post a Comment