Pages

Monday, October 12, 2015

Theory of Reflexivity


Selalu ada yang menarik membaca ekonomi dunia, tidak hanya sekedar berputar seperti komedi putar, tapi juga seperti roller coaster yang terkadang naik secara terjal atau turun secara tajam.


Boom and Bust

Boom and Bust adalah  karateristik yang muncul dalam siklus ekonomi kapitalis yang merupakan hasil proses ekspansi (perkembangan) dan kontraksi (gejolak) yang datang akibat ekspektasi masyarakat dan realita terjadi sebenarnya. Hal tersebut terselip faktor keserakahan manusia. Fenomena tentang Boom and Bust yang pernah melanda dunia, adalah :


Gelembung Bunga Tulip (1623 - 1637)

Dimana harga harga komoditi bunga tulip dari seharga 10 gulden naik menjadi hingga 6700 gulden. Lalu terjadi over-trading yaitu kondisi dimana banyak orang yang berjualan bunga tulip. Lalu kemudian timbul over-priced karena menjual tulip di harga yang lebih tinggi untuk mendapat untung besar. Kemudian muncul over-supply sehingga memicu penurunan harga secara drastis. Sehingga harga tulip turun menjadi 10 gulden kembali.


South Sea Bubble (1719 - 1722)

Kenaikan saham South Sea Company (SSC) dari £100 menjadi £1000.  Namun akhirnya jatuh kembali ke £100 sejak diketahui bahwa adanya permainan para politikus yang memiliki saham SSC karena SSC tidak bisa menampilkan performa yang bagus untuk memenuhi target penjualan dan laba di dalam laporan keuangannya.


Depresi Besar 1929

Diawali dengan Dow Jones Industrial Exchange (DJIA) naik tajam hingga di harga 381.17 dengan Price Earning Ratio indeks S&P sebesar 32x. Nilainya hampir lebih dari 8.5 milar USD yang disalurkan, bahkan angka ini melebihi jumlah uang yang beredar di masyarakat.

Lalu terjadi big selling sehingga nilai saham turun hingga 17% dan turun terus hingga tersisa 41.22. Terlebih sedikit sekali cash money yang mengalir saat itu, karena uang para nasabah sejatinya adalah hutang berupa jaminan rumah, tanah, kendaraan, toko dan juga uang pensiun. Akibatnya banyak orang kehilangan rumah mereka, pengusaha menutup pabriknya, terjadi PHK massal terhadap ribuan orang.


Theory of Reflexivity

George Soros menjelaskan tentang teori reflexivitas dan hubungannya dengan kegiatan investasi. Dalam investasi terdapat pemikiran (fungsi kognitif) dan situasi partisipan (investor). Para investor mencoba memahami realitas dengan melakukan valuasi terhadap nilai invetasi, dimana dalam tahap awal ini pasar masih efisien dengan harga pasar masih menggambarkan kondisi fundamental pasar. Para investor juga memperhitungkan harapan keuntungan yang maksimal dari pasar.

Nah, pemikiran dan keinginan ini berbeda. Dimana pemikiran membentuk konstanta, sedangkan keinginan adalah campuran hasrat dan emosi, sehingga timbul apa yang dinamakan Refleksivitas.

Dalam investasi timbul kontradiksi antara harapan dengan investasi yang membuat ini menjadi menarik dan menjadi dasar pemikiran Soros dalam Theory of Reflexivity.



Sumber :
http://www.ft.com/intl/cms/s/2/0ca06172-bfe9-11de-aed2-00144feab49a.html#axzz3oQAlR7M8
http://srimayainvestment.blogspot.co.id/2015/07/boom-and-bust-theory-bagian-1-mengenal-skema-boom-and-bust.html
http://srimayainvestment.blogspot.co.id/2015/07/teori-reflexivity-george-soros.html
http://srimayainvestment.blogspot.co.id/2015/07/boom-and-bust-theory-bagian-3-antara-beijing-dan-jakarta.html

No comments:

Post a Comment