predator tikus
Sangat menyedihkan saat ta'ziyah ke seorang rekan kerja yang suaminya meninggal dunia. Padahal secara umur usianya masih sepantaran dengan aku. Dimana suaminya meninggal dunia setelah divonis terkena Leptospirosis.
Apa itu Leptospirosis?
Leptospirosis dikenal dengan nama lain yaitu penyakit Weil, demam Icterohemorrhage, penyakit Swineherd's, demam pesawah (Ricefield fever), demam Pemotong tebu (Cane-cutter fever), demam Lumpur, Jaundis berdarah, penyakit Stuttgart, demam Canicola.
Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia yang tergolong penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan tifus anjing.
Infeksi dalam bentuk subakut tidak memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis dimana dapat bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya.
Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulan-bulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia jarang terjadi.
Hewan yang menjadi sumber penularan adalah tikus (rodent), babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, kelelawar, tupai dan landak. Sedangkan penularan langsung dari manusia ke manusia jarang terjadi.
Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau tanaman yang telah dikotori oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui selaput lendir (mukosa) mata, hidung, kulit yang lecet atau atau makanan yang terkontaminasi oleh urine hewan terinfeksi leptospira. Masa inkubasi selama 4 - 19 hari.
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium, tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis tubular.
Data yang pernah tercatat dalam 1 bulan, yaitu dari 1 Februari - 9 Maret 2004, telah dirawat 13 orang penderita leptospirosis, tiga orang di antaranya meninggal. Gejala leptospirosis hampir sama dengan DBD. Suhu badan panas selama 2-10 hari, menggigil, sakit kepala dan otot pada betis serta mata tampak merah atau kekuning-kuningan.
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.
Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang diperkirakan terserang Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini sulit untuk dihitung, karena Leptospirosis cenderung terjadi di beberapa bagian dunia dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat mendasar yang tidak secara rutin melaporkan banyak penyebab kematian.
Perubahan iklim, termasuk meningkatnya kejadian banjir di seluruh dunia, membuat kemungkinan kejadian Leptospirosis global akan meningkat. WHO percaya angka kematian Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan yang tepat memiliki risiko kematian yang sama.
Gejala Klinis
Stadium Pertama
- Demam tinggi
- Demam menggigil
- Malaise
- Mual
- Muntah
- Hilang nafsu makan
- Rasa nyeri otot betis dan punggung
- Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis
- Nyeri Kulit
- Konjungtivitis tanpa disertai eksudat serous/porulen (kemerahan pada mata)
- Rasa nyeri pada otot-otot
- Batuk
- Diare
- Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba
- Mata merah dan iritasi
Gejala-gejala di atas cukup umum sehingga membuat bingung dan sering dikira sebagai gejala dari penyakit lain. Identifikasi gejala leptospirosis pada fase awal sangat penting untuk menghindari komplikasi kesehatan yang parah. Jika dibiarkan tidak diobati dalam waktu yang lama, maka fase akut akan berlanjut ke fase kedua.
Stadium Kedua
- Terbentuk anti bodi di dalam tubuh penderita
- Gejala yang timbul lebih bervariasi dibandingkan dengan stadium pertama
- Apabila demam dengan gejala-gejala lain timbul kemungkinan akan terjadi meningitis.
- Stadium ini terjadi biasanya antara minggu kedua dan keempat.
Komplikasi Leptospirosis
- Pada hati : kekuningan yang terjadi pada hari ke 4 dan ke 6
- Pada ginjal : gagal ginjal yang dapat menyebabkan kematian.
- Pada jantung : berdebar tidak teratur, jantung membengkak dan gagal jantung yang dapat mengikabatkan kematian mendadak.
- Pada paru-paru : batuk darah, nyeri dada, sesak nafas.
- Perdarahan karena adanya kerusakan pembuluh darah dari saluran pernafasan, saluran pencernaan, ginjal, saluran genitalia, dan mata (konjungtiva).
- Pada kehamilan : keguguran, prematur, bayi lahir cacat dan lahir mati.
Pencegahan
- Membiasakan diri dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
- Menyimpan makanan dan minuman dengan baik agar terhindar dari tikus.
- Mencucui tangan dengan sabun sebelum makan.
- Mencucui tangan, kaki serta bagian tubuh lainnya dengan sabun setelah bekerja di sawah/ kebun/sampah/tanah/selokan dan tempat-tempat yang tercemar lainnya.
- Melindungi pekerja yang berisiko tinggi terhadap leptospirosis (petugas kebersihan, petani, petugas pemotong hewan, dan lain-lain) dengan menggunakan sepatu bot dan sarung tangan.
- Menjaga kebersihan lingkungan
- Membersihkan tempat-tempat air dan kolam renang.
- Menghindari adanya tikus di dalam rumah/gedung.
- Menghindari pencemaran oleh tikus.
- Melakukan desinfeksi terhadap tempat-tempat tertentu yang tercemar oleh tikus
- Meningkatkan penangkapan tikus.
Pengobatan
Pengobatan dini sangat menolong karena bakteri Leptospira mudah mati dengan antibiotik yang banyak di jumpai di pasar seperti Penicillin dan turunannya (Amoxylline) Streptomycine, Tetracycline, Erithtromycine. Bila terjadi komplikasi angka lematian dapat mencapai 20%, segera berobat ke dokter terdekat.
Penanggulangan KLB dilakukan pada daerah yang penderita Leptospirosis cenderung meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambulan darah bagi penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks.
Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
http://www.indosiar.com/ragam/leptospirosis-penyakit-melalui-air-kencing-tikus_21448.html
http://www.info-kes.com/2013/05/leptospirosis.html
http://www.amazine.co/22886/penyebab-gejala-penyakit-leptospirosis-pada-manusia/
No comments:
Post a Comment