Aktivitas hari Sabtu adalah antar jemput anak sekolah. Mumpung hari kerja libur jadinya bisa punya kesempatan untuk mengantar anak sekolah dan menjemput anak sepulang sekolah.
Seperti hari ini, Sabtu. Sambil menunggu bel pulang anak sekolah aku sempatkan untuk duduk-duduk di alun-alun Sidoarjo yang asri dan nyaman untuk nongkrong. Dan aku melihat patung ditengah-tengah alun-alun sisi sebelah timur.
Terdapat sebuah patung, dan ternyata selain patung tersebut atau monumen tersebut sudah terdapat tulisan sebagai identitas dari monumen tersebut. Yaitu
monumen Jayandaru sebagai lambang kota Sidoarjo. Terdapat kisah menarik dan panjang sebelum
monumen Jayandaru Sidoarjo ini berdiri dan diresmikan.
Sebelumnya
Monumen Jayandaru menggambarkan kehidupan masyarakat Sidoarjo sebagai petani dan nelayan. Dimana
monumen Jayandaru terdiri dari sembilan patung manusia nelayan dan petani dengan bentuk manusia sempurna. Patung tersebut dibangun atas dana CSR perusahaan pengolahan hasil laut PT Sekar Laut.
Namun dikarenakan
monumen Jayandaru berbentuk patung sempurna menyerupai manusia, ormas Islam menganggapya sebagai berhala, dan tidak sesuai dengan ajaran Islam. Semantara Kabupaten Sidoarjo, dikenal sebagai kota santri yang religius, yang banyak ditempati pesantren.
Demi terjaganya toleransi dan terciptanya kondisi yang nyaman untuk semua akhirnya
Monumen Jayandaru di Alun-alun Sidoarjo dibongkar pada hari Rabu, 25 Februari 2015. Kemudian
monumen Jayandaru tersebut diangkat dengan alat berat dan akan dipindah ke kawasan lapangan golf milik PT Sekar Laut di Kecamatan Pandaan, Pasuruan.
Kemudian
monumen Jayandaru diganti dengan patung udang dan bandeng, yang dikenal sebagai lambang kota Sidoarjo.
Monumen Jayandaru ini tepat jika menjadi ikon Sidoarjo. Karena selama ini, Sidoarjo dikenal sebagai kabuten yang menghasilkan krupuk. Salah satu prestasi krupuk asal Sidoarjo adalah sudah diekspor sampai ke Singapura dan Belanda.
Pada 29 Mei 2015 dilakukan peresmian momumen setinggi 25 meter di pusat alun-alun itu juga dihadiri Harry Susilo, pendiri Sekar Laut Group yang memberikan dana
corporate social responsibility (CSR) pembangunan monumen ini.
Lalu apa itu
Jayandaru? Untuk itu aku kutipkan dari sumber yang aku nukil dari kisah pewayangan.
Pohon jatiwasesa berbunga
dewandaru. Bunga
dewandaru adalah simbol keharuman jatidiri oleh kebaikan-kebaikan. Bunga
dewandaru adalah bunga yang sangat langka dan harum sekali, keharumannya bisa tercium hingga jarak jauh. Pohon jatiwasesa berbuah
jayandaru. Karena buah itu berasal dari bunga, maka buah yang bakal dipetik nantinya adalah
jayandaru.
Jayandaru adalah kejayaan atau kebenaran-kebenaran yang terwujud sehingga menjadi sebuah kejayaan.
Dalam upacara pernikahan masyarakat Jawa terdapat ritual pembuatan sekar adhi kalpataru, dewa ndaru, jaya ndaru, yang sering disebut sekar mancawarna atau kembar mayang. Sekar Puspa yang juga sering disebut
Dewa Ndaru,
Jaya Ndaru, serta Woh, yang disebut Daru dan Kilat, memiliki makna simbolis bahwa pengantin wanita memang benar-benar sosok wanita idaman, yang kelak memiliki keturunan yang tampan atau cantik dan berbudi pekerti luhur.
Dalam berbagai kepustakaan Jawa, makna simbolis sekar manca warna tersebut adalah; akar (bayu bajra), pohon (kayu purwa sejati), cabang dan rantingnya (kiblat papat), daun (pradapa mega rumembe), bunga (
dewa ndaru jaya ndaru), dan buah (daru miwah kilat).
Sumber :
http://regional.kompas.com/read/2015/02/23/17414451/Monumen.Jayandaru.Dibilang.Berhala.Seniman.Sidoarjo.Prihatin
http://regional.kompas.com/read/2015/02/25/11391911/Akhirnya.Monumen.Berhala.Jayandaru.Dibongkar
http://surabaya.tribunnews.com/2015/05/29/bupati-sidoarjo-akhirnya-resmikan-monumen-jayandaru-di-alun-alun
http://woles-ae.blogspot.co.id/2009/07/joyondaru.html
http://lareangon-mixyblog.blogspot.co.id/2011/09/nebus-kembar-mayang-ngupadi-tumuruning.html