Pages

Tuesday, March 8, 2016

Boleh Tidak Kita Melihat Gerhana Matahari?

Banyak sekali pertanyaan yang diajukan perihal boleh tidaknya kita melihat langsung fenomena alam gerhana matahari. Menarik untuk dikulik secara mendalam karena bukan hanya penasaran namun juga sebagai safety kita agar kita terhindari dari bahaya.


Mata manusia seperti diagframa pada kamera, terdapat bagian mata yang disebut dengan pupil yang bisa melebar dan menyempit. Fungsi pupil ini adalah untuk menyaring jumlah cahaya yang memasuki mata.

Pupil mata kita bisa membesar dan mengecil jika terkena cahaya. Jika gelap, maka diameter pupil mata kita membesar sampai 8mm, namun waktu terang, diameter pupil mata kita mengecil sampai dengan 2 mm.

Pupil mata manusia tak mampu menghalangi pancaran cahaya matahari yang begitu terang. Tahukah kamu, kalau dihitung, cahaya langsung dari matahari itu harus dilemahkan 50 ribu kali supaya bisa diterima oleh pupil mata manusia. Kalau tak dilemahkan, orang yang melihat langsung ke arah matahari besar kemungkinannya menjadi buta.

Saat terjadi gerhana matahari yang menyusut adalah bentuk dari matahari bukan cahayanya. Jadi hanya matahari saja tertutup oleh bulan, sehingga cahaya di sekitar alam menjadi redup, tapi sebenarnya pancaran cahayanya tak berkurang sedikit pun, hanya ukurannya saja yang menyusut.

Dan ketika kita mendongak ke atas menatap matahari, yang terjadi adalah pupil mata kita belum sempat bereaksi. Akibatnya, cahaya matahari yang masuk ke mata berlebihan sehingga membuat mata kita bisa menjadi buta. Jadi, sebaiknya saat gerhana maupun tak ada gerhana, kita tidak menatap matahari secara langsung.

Jadi meskipun 99% cahaya matahari terlindung oleh bulan pada peristiwa gerhana matahari namun tetap ada cahaya radiasi dari matahari yang sampai ke bumi, dan sampai ke mata (jika kita langsung menatap dengan mata telanjang).

Sedangkan cahaya matahari terdiri dari berbagai gelombang "sinar baik" dari sinar tampak (pelangi : me-ji-ku-hi-bi-ni-u) dan ada pula "sinar tidak baik" yang tidak tampak seperti UV yang berenergi dan berfrekuensi tinggi (panjang gelombang 290 nm) hingga sinar cahaya dengan gelombang radio yang berenergi dan berfrekuensi rendah (panjang gelombang beberapa meter) ..

Pada organ mata,sinar cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 380 nm akan langsung ditransmisikan ke retina (bagian belakang organ mata yang sensitif). Dan berdasarkan fisiologi struktur mata, cahaya radiasi UV merupakan penyebab terjadinya reaksi kimia yang mempercepat penuaan lapisan mata yang akan membuat katarak atau dalam kondisi menatap langsung gerhana matahari dapat menyebabkan “retina terpanggang”.

Besarnya intensitas sinar UV yang menempus ke retina menyebabkan kerusakan pada sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) pada mata. Cahaya matahari (khusus komponen UV) menjadi pemicu serangkaian reaksi kimia pada sel-sel mata yang mana akan merusak kemampuan sel tersebut merespons objek visual. Dan dalam intensitas yang besar dan lama, akan menyebabkan kerusakan parah pada sel mata. Yang pada akhirnya akan menyebabkan mata mengalami buta sementara atau bahkan buta permanen.



Sumber :
http://www.kidnesia.com/Kidnesia2014/Boleh-Tahu/Sains-Teknologi/Sains/Apakah-Melihat-Gerhana-Matahari-Bisa-Buta
https://nusantaranews.wordpress.com/2009/07/22/alasan-ilmiah-bahaya-menatap-gerhana-matahari-kegelapan-di-siang-hari/
http://gillinghamwyke.dorset.sch.uk/?p=2237

No comments:

Post a Comment