Hampir mirip kejadian saat nonton film sebelumnya, yaitu Inferno, dimana sepi pengunjung dikarenakan mungkin salah satunya banyak sekali pengunjung bioskop yang nonton film komedi Indonesia yang sedang booming, yaitu Jangkrik Boss.
Bedanya kalo saat nonton film Inferno, kita berdua adalah pengunjung yang beli tiket bioskop pertama, dan diwanti-wanti oleh kasir, bahwa pintu bioskop hanya dibuka jika dan hanya jika penonton yang beli tiket minimal 4 orang.
Sedangkan untuk film The Accountant ini, sama kita berdua adalah pembeli pertama, tapi jika tunda beli tiketnya, kemudian saat akan pulang kita iseng mampir kembali ke bioskop, dan ternyata sudah ada 2 orang yang nonton, dan akhirnya kita berdua beli tiket sehingga genaplah penonton bioskop menjadi 4 orang.
Jadwal bioskop yangs seharusnya diputar pukul 20.20 akhirnya pun mundur dan abru diputar pada pukul 20.35.
Ada kejadian yang pertama kali aku alami selama nonton bioskop, yaitu film yang diputar salah. Yang diputar adalah Inferno, tidak sampai 1 menit aku langsung keluar pintu dan protes, dan akhirnya pihak pengelola bioskop segera memutar film yang benar yaitu The Accountant.
The Accountant adalah film yang bercerita mengenai seorang akuntan yaitu Christian Wolff. Saat kecil Christian Wolff adalah penderita autisme. Sang ibu merasa Christian Wolff menderita kelainan karena autis.
Lebih tepatnya Wolff yang unik merupakan bocah pengidap Asperger syndrome yang mampu memaksimalkan segala potensi super fokus yang dimiliki seorang penderita autisme.
Namun sang ayah berbeda pandangan. Sang ayah melihat Christian Wolff adalah sosok anak yang unik dan mempunyai bakat istimewa. Alih-alih mengasihani Christian Wolff, sang ayah mendidik Christian Wolff layaknya anak normal.
Ada 1 scene yang menarik, dimana sang ayah melatih Christian Wolff dengan keahlian beladiri. Yaitu dimana saat sang ayah bertugas di Indonesia. Hal tersebut terlihat saat sang ayah membaca koran dengan judul koran Jakarta Post atau Jakarta Time, karena tulisan yang terbaca hanya Jakarta.
Petunjuk yang lain adalah beladiri yang diajarkan oleh pelatih kepada Christian Wolff adalah silat.
Petunjuk yang sangat jelas adalah saat Christian Wolff kecil berbicara kepada pelatih silat "Tidak apa-apa, lanjutkan saja".
Christian Wolff merupakan ahli di bidang matematika dan akutansi dengan kepribadiannya yang obsesif. Ahli di angka, namun bermasalah dengan relasi. Chris mempunyai kantor kecil sebagai akuntan lepas.
Lebih tepatnya Christian Wolff berprofesi sebagai akuntan forensik, yang mampu memeriksa dan menganalisa laporan keuangan. Contoh kasus adalah Christian Wolff memeriksa buku keuangan 15 tahun yang dirasa ada keanehan oleh Direktur, dimana oleh pihak perusahaan diperiksa selama 1 bulan masih belum menemukannya, namuan oleh Christian Wolff hanya dalam semalam ditemukan kejanggalan yang dimaksud.
Pekerjaan akuntan forensik adalah pekerjaan akuntan yang memperhitungkan keterlibatan dari beberapa pihak. Seorang akuntan forensik harus mampu menggabungkan keampuan akuntansi mereka dalam menginvestigasi berbagai peristiwa litigasi serta praktek penipuan kelas kakap yang sering dilakukan dengan cara yang licin dan hampir tidak terdeteksi.
Disisi lain, Raymond King, Direktur Kementerian Keuangan dan Medina, Analis keuangan di Kementerian mencari sosok sang Accountant yang menjadi akuntan banyak pihak terkenal yang kaya raya namun dekat dengan dunia kriminal.
Sumber :
https://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/10/15/the-accountant-di-indonesia
http://www.bacasinopsis.com/2016/09/sinopsis-film-accountant-2016.html
http://www.filmbioskop.co.id/2015/11/the-accountant-2016-drama.html
http://movienthusiast.com/the-accountant-2016/
No comments:
Post a Comment