Perjalanan panjang 379 km meski ditempuh dalam waktu yang cukup cepat, tetap membuat badan perlu rehat sejenak. Wonosobo dari Sidoarjo cukup ditempuh dalam waktu 5 jam berkat adanya Tol Trans Jawa.
Di Wonosobo ada warung makan yang menarik, baik dari segi menu, segi rasa dan segi lokasi. Warung makan tersebut adalah Warung Djoglo yang berada di Jl Raya Wonosobo-Parakan Km, 15 Desa Kapencar, Kertek, Wonosobo.
Sambil istirahat kita bisa melihat keindahan alam karena terletak di antara dua gunung yakni Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. ditambah suasana rumah joglo dan hawa dingin menjadi kesegaran tersendiri. Karena dinginnya suasana, aku pesan yang segar dan panas, yaitu sop iga, untuk minumnya aku pesan teh hijau, plus camilan tempe mendoan
Lokasi CRA Hotel cukup strategis karena berada di pusat kota Wonosobo, yaitu tepatnya di Jalan Sabuk Alu No. 39, Wonosobo. Hanya berjarak sekitar 0,41 km dari Alun-Alun Wonosobo, dan ke Rita Pasaraya atau Plaza Wonosobo, hanya diperlukan perjalanan sejauh 0,8 km dari akomodasi ini. Ke wisata Dieng Theater, jarak tempuhnya cuma 1,18 km.
Yang menjadi penasaran adalah istilah atau singkatan dari CRA. Aku cari-cari di google tidak ada informasi apa pun yang ditemukan. Lalu saat check out, aku tanyakan ke resepsionis, ternyata CRA merupakan huruf depan dari ketiga nama anak sang pemilik hotel, yaitu Cherry, Rubben dan Abigale.
Matahari antara Sindoro dan Sumbing (jam 5.32)
Matahari antara Sindoro dan Sumbing (jam 6.06)
Matahari antara Sindoro dan Sumbing (jam 5.26)
Dan waktu yang aku tunggu akhirnya tiba, yaitu pagi hari untuk melihat matahari terbing diantaranya 2 gunung, Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Hasilnya mirip lukisan anak SD, dimana matahari muncul dari balik gunung tepat ditengah-tengahnya.
Malam hari yang dingin, jadi kepengen makan yang hangat-hangat. Dan menu yang aku pengen adalah sate kambing. Di sana ada tempat kuliner sate yang wajib dicoba, yaitu Sate Kambing Muda Pak Yani, yang berada di Jl. Kyai Muntang, No. 72 Wonosobo.
Konon di warung Sate Kambing Muda Pak Yani, kambingnya rata-rata berusia tiga bulan, sehingga dagingnya lembut dan empuk. Dan yang menarik adalah satenya dibakar polos, tanpa bumbu, warnanya pucat, karena memang tidak sampai gosong. Ditambah irisan dagingnya tipis, sehingga warna dagingnya masih terlihat merah muda.
Bukan itu saja, sate dihidangkan di atas hot plate. Kemudian untuk bumbu yang disajikan lengkap, yaitu bumbu kecap, dan bumbu kacang, serta sambal disajikan terpisah. Yang bikin segar adalah irisan bawang merah dan tomat.
Mantap.
No comments:
Post a Comment