Mata uang rupiah memang rentan inflasi. Inflasi adalah penurunan nilai uang. Sehingga muncul kekhawatiran jika menabung dalam rupiah, karena dianggap kurang menguntungkan, khususnya jika dilakukan dalam jangka panjang.
Berbeda dengan mata uang dollar yang mempunyai menawarkan daya beli yang cenderung lebih stabil. Sebenarnya ada beberapa mata uang yang lebih besar secara kurs dibandingkan USD (US Dollar), diantaranya adalah Poundsterling lebih Mahal.
Sejatinya mempunyai tabungan dollar tidak melulu karena fluktuasi mata uang, yaitu untuk keperluan bisnis, keperluan pembayaran ekspor dan impor barang, keperluan dana dalam rangka belajar ke Luar Negeri.
Akhir bulan Juli 2019 ini dollar cenderung turun terutama jika dibandingkan pada bulan Oktober 2018.
Namun secara keseluruhan sejak tahun 2003, dollar mengalami kenaikan yang cukup lumayan, yaitu dari Rp 8000 menjadi Rp 14.000.
Meskipun dollar cenderung stabil, namun nilai menjadi naik dan turun. Hal tersebut terjadi sejak tahun 1971 Presiden Amerika, Richard Nixon yang memutuskan Amerika keluar dari penggunaan standar emas, namun Amerika menganut sistem floating currency, yang mendasarkan nilai mata uangnya pada nilai kredit dan kepercayaan publik. Artinya nilai uang ditentukan oleh kondisi pasar dan stabil atau tidaknya nilai kredit suatu negara dan tidak lagi stabil karena dijamin oleh komoditas apapun.
Untuk menyimpan uang dollar kita perlu mengetahui kondisi uang dan media menyimpan di tempat yang aman, serta pastikan uang tersebut tidak lecek, terkena air, sobek atau terlipat. Untuk menyimpan uang dollar juga jangan terlalu lama, karena kondisinya bisa menguning.
Untuk mengatasi penyimpanan uang dollar, kita bisa menyimpan di tabungan Dollar. Persyaratan untuk membuka tabungan dollar cukup mudah, yaitu :
- Memiliki identitas diri (KTP/SIM/Paspor) untuk WNI.
- Memiliki Kartu Ijin Menetap Permanen/Sementara (KITAP/KITAS/KMS) untuk WNA.
- Mengisi formulir aplikasi BNI Dollar dan melakukan setoran awal.
No comments:
Post a Comment