Pages

Wednesday, April 1, 2020

Ekonomi dan Perang

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online/daring (dalam jaringan), dijelaskan definisi perang adalah 1 permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, dan sebagainya): kedua negara itu dalam keadaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tersebut, juga disebutkan sebagai berikut, ekonomi perang yang menggunakan cara-cara ekonomi untuk menghancurkan negara musuh melalui kehancuran perekonomiannya, dilakukan dengan berbagai cara, seperti blokade, pencegahan pembelian atau perolehan bahan-bahan strategis, senjata, atau mesin, serta pengucilan dari kegiatan ekonomi;.

Maka kondisi ekonomi dikarena virus corona Covid-19 serupa dengan definisi diatas, meskipun tidak terjadi perang secara fisik dan tidak ada permusuhan antar negera. Namun kondisi kesulitan perolehan bahan baku cukup terasa.


Pada akhir Perang Dunia I perekonomian Jerman hancur, sehingga pemerintah Jerman melakukan cetak berjuta-juta mata uang Marks, namun hal tersebut adalah kesalahan, sehingga menyebabkan peningkatan inflasi.

Pada akhir Perang Dunia II, sekira bulan Agustus 1945 hingga Juli 1946, ekonomi Hungaria hancur berantakan dan hanya memiliki 40 persen cadangan uang dan modal belanja negara habis. Pemerintah Hungaria menstimulasi ekonomi dengan mencetak banyak uang.

Sebagai perbandingan pada Juli 1945 masih berjumlah 25 miliar pengo, namun pada Januari 1946 sirkulasi uang menjadi 1.646 triliun pengo  menjadi 65 juta miliar pengo (quadrilion), dan 5 bulan kemudian meningkat menjadi 47 triliun triliun (47 septitriliun).

Pemerintah memberikan uang langsung pada banyak orang, sehingga pemerintah membanjiri negara dengan uang, hal ini menjadikan tingkat inflasi super tinggi atau hyperinflasi dimana terdapat uang kertas yang bernilai nominal 1 milyar triliun.

Dalam suatu pasar, banyaknya jumlah uang yang beredar dan jumlah barang yang dibutuhkan harus lah seimbang. Sehingga saat pemerintah mencetak terlalu banyak uang, maka akan membuat kemampuan membeli barang semakin tinggi, akibatnya jumlah barang yang ingin kita beli berkurang, dan harganya pun akan naik.

Dalam arti kata lain nilai uang akan semakin tidak berharga.

Contoh terakhir negara yang mengalami inflasi parah, adalah Zimbabwe, bayangkan saja harga sebutir telur bisa mencapai angka milyaran dollar zimbabwe.


Sumber :
https://kbbi.web.id/perang
https://www.38north.org/2017/09/jdethomas092217/
http://www.appropriate-economics.org/asia/indonesia/sejarahsingkat.html
https://www.liputan6.com/bisnis/read/2169913/rakyat-kebanjiran-uang-harga-barang-di-hungaria-naik-gila-gilaan

No comments:

Post a Comment