Saat sering beraktivitas di rumah, karena stay at home sebagai protokol pencegahan virus corona pandemi wabah covid-19, jadi sering merenung diam di rumah sambil melihat benda-benda di langit di luar angkasa.
Saat melihat bulan, jadi ingat saat kecil waktu perjalanan rasanya bulan mengikuti kemana kita pergi. Kita pergi dari rumah menuju suatu tempat, bulan pun tidak lepas dari kita. Secepat apapun kendaraan yang kita naiki.
Hal ini disebut dengan parallax atau paralaks, yaitu perubahan semu pada arah suatu benda yang disebabkan oleh perubahan letak orang yang memandangnya.
Apalagi jarak Bulan dengan Bumi sangat jauh, yaitu 484.400 km. Sehingga saat kita bergerak, otak kita secara otomatis membandingkan benda-benda yang kita lihat. Saat di perjalanan kita melihat pohon, lampu jalan seakan bergerak ke belakang dan segera lenyap dari pandanganmu. Demikian juga saat melihat Bulan sehingga membuat Bulan seperti tidak bergerak dari tempatnya. Jarak pandang dan sudut pandang kita terhadap Bulan hampir tidak berubah. Itu sebabnya Bulan tetap terlihat walaupun kita sudah berjalan sangat jauh. Seakan-akan Bulan mengikuti ke mana pun kita pergi.
Parallax atau paralaks adalah perubahan kedudukan sudut dari dua titik diam, relatif satu sama lain, sebagaimana yang diamati oleh seorang pengamat yang bergerak. Namun paralaks sering didefinisikan sebagai "pergerakan yang tampak" dari sebuah objek terhadap latar belakang yang jauh akibat pergeseran perspektif
Dalam astronomi, paralaks trigonometri dapat digunakan untuk memperkirakan jarak objek tertentu di langit. Misalnya bintang dengan cara karena bumi kita ini mengelilingi Matahari, maka ambil dua titik yang berseberangan, lalu kita lihat bintang itu dimana. Untuk menentukannya, kita bisa lihat bintang itu bergeser berapa jauh, menandakan dimana bintang itu jatuh di langit sebagai background. Dari dua posisi bumi terhadap matahari lalu ditarik garis lurus ke bintang, itu yang disebut sudut paralaks.
Paralaks dikemukakan pertama kali oleh Aristarchus (310-230 SM). Lalu dikembangkan dan diamati pada tahun 1837 oleh Friedrich Bessel saat mengamati 61 Cygni, sebuah bintang di rasi Cygnus/angsa) yang memiliki paralaks 0,29″.
Karena jarak bintang yang teramat jauh, sudut parallaksnya sangat kecil dan biasanya diukur dalam satuan detik busur. Parsek atau Parsec sendiri berasal dari kata parallax second, yaitu objek yang memiliki sudut parallaks satu detik. Besarnya detik busur sama dengan 1/3600 derajat. Kecil sekali bukan? Namun, kita dapat mengamati adanya perubahan kecil pada letak posisi bintang tersebut. Satu detik busur (“) sama dengan seperenam puluh menit busur (‘), dan satu menit busur sama dengan seperenam puluh derajat.
Sumber :
https://en.wikipedia.org/wiki/Parallax
https://id.wikipedia.org/wiki/Paralaks
http://astro.physics.uiowa.edu/ITU/glossary/stellar-parallax/
https://blogs.itb.ac.id/salmanhiro/2019/04/04/paralaks-cara-mengukur-jarak-benda-langit/
https://www.infoastronomy.org/2015/09/bermain-main-dengan-paralaks.html
https://duniaastronomi.com/2009/05/mengukur-jarak-bintang-dengan-paralaks/
https://langitselatan.com/2008/04/19/mari-mengenal-paralaks-bintang/
https://bobo.grid.id/read/08674672/mengapa-bulan-selalu-terlihat-mengikuti-kita
https://bobo.grid.id/read/081831850/kenapa-bulan-terlihat-mengikuti-kita-ke-mana-mana-ya-akubacaakutahu?page=all
No comments:
Post a Comment