Pages

Sunday, September 27, 2020

Bisnis dalam Analogi Sepakbola

 


SEMUA INGIN JADI STRIKER

Inter Milan di tahun 90-an mempunyai striker yang mengerikan. Mulai dari musim 1997/1998 didatangkan Ronaldo 9 dan Recoba 20. Sebelumnya sudah bercokol Zamorano 18 dan Kanu 11. Musim berikutnya didatangkan Pirlo 21, Roberto Baggio 10 dan Ventola 78. Masih belum cukup, musim berikutnya didatangkan lagi Adrian Mutu 16, Vieri 32 hingga Robbie Keane 7 dan Hakan Sukur 54.

Namun tetap saja Scudetto sebagai prestasi tertinggi di Serie-A belum pernah diraih. 

Hal ini mirip dengan status perusahaan yang masih menyandang status start-up saat akan melakukan marketing di berbagai platform. Dimana start-up tersebut melakukan pemasaran secara berlebihan dan tidak memiliki fokus sehingga hanya akan membuat pembengkakan biaya marketing. Hanya sekedar show-off tanpa hasil.


SPRINT, JUARA 1 MUSIM SAJA

Leicester mengejutkan dunia ketika menjuarai Premier League 2015/2016. Dipandang sebelah mata namun Leicester menjelma menjadi kuda hitam yang menakutkan. Pemain kunci saat itu diantaranya adalah Kasper Schmeichel, putra dari Peter Schmeichel, kiper legendaris Manchester United. Roberth Huth, pemain bertahan berpostur jangkung yang menjadi benteng kokoh. N'Golo Kante, pemain serba bisa yang sangat berkualitas. Riyad Mahrez pemain terbaik yang banyak memberikan assist. Jamie Vardy, sang striker yang bermula dari pemain amatir dengan profesi sampingan sebagai buruh pabrik.

Namun keperkasaan Leicester hanya berjalan 1 musim. 

Dalam menjalankan bisnis kita juga harus ingat bahwa ini adalah lari marathon, bukan lari sprint. Saat lari sprint kita harus mengeluarkan segenap kemampuan dan tenaga secara habis-habisan untuk menjadi yang tercepat dan mencapai garis finish. Namun dalam lari maraton yang dibutuhkan bukan kekuatan dan kecepatan lari sekencang-kencangnya, tetapi stamina tubuh, kekuatan pernafasan dan KONSISTENSI dalam lari hingga berhasil meraih garis finish. Pelari harus pandai dalam mengatur tempo ketika berlari agar dapat mengefisienkan tenaga sehingga tidak kehilangan tenaga sebelum sampai ke garis finish. Pelari harus melakukan lari dengan langkah yang konstan dan tidak terlalu cepat, lari secara konsisten, mengatur pernafasan.


ONE MAN SHOW, MARADONA

Maradona dengan nomor 10 diberikan kebebasan oleh pelatih untuk berkreasi di lapangan menjadi senjata utama Napoli. Maradona “sendirian” mengantar Napoli menjadi juara dan meraih Scudetto perdana. Dribel, visi bermain, dan imajinasi istimewa Maradona menginspirasi Napoli menjadi raja sepakbola di Italia. Tidak itu saja, Napoli juga mampu mengangkat Piala UEFA 1989. 

Namun selepas Maradona, Napoli tidak pernah meraih juara lagi.

Sebaiknya seorang eksekutif dalam sebuah start-up menerapkan gaya yang mengedepankan gaya kepemimpinan partisipatif, dan hindari gaya one man show, di mana segala sesuatu dikerjakan, diputuskan, dan bergantung kepada pimpinan perusahaan. Ajak rekan-rekan berbicara. Jika tidak tahu, belajar dari mereka. Pecahkan masalah bersama-sama.

No comments:

Post a Comment