"Logika mereka gak jalan karena gak tau besok mau makan apa. Akhirnya mereka defend institusi dan pembuat kebijakan. Logika tanpa logistik anarki, gimana kamu mau pakai masker orang kamu sendiri tidak bisa makan," katanya lagi.
Apa yang dilontarkan oleh dr. Tirta Mandira Hudhi sebagai penggiat media sosial dan seorang tenaga kesehatan sekaligus relawan pandemi Covid-19 ada benarnya. Dimana potensi bahaya Covid yang bisa menjurus masalah ekonomi dan sosial di masyarakat. Sehingga harus segera dicari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi masalah ekonomi dan sosial.
Orang yang sering menyalahkan rakyat harus paham kondisi rakyat seperti apa.
Hal tersebut diungkapkan pada September 2020.
Dan ternyata, kaitan antara Logika dan Logistik sudah pernah dibahas dan disinggung sebelumnya. Aku coba surfing hari ini dan ternyata banyak sekali yang aku dapatkan. Yang pertama artikel "Logika dan Logistik" dari blog perempuannya.wordpress.com yang ditulis pada September 2008.
Terganggunya logika karena terancamnnya logistik (logistik yang terganggu membawa effek negatif logika)........ Pada kasus ini saya menyebut logika tanpa logistik adalah anarki. Tindakan kisruh atau pembakaran padi adalah soal logika yang sedang kacau, sangat reaktive; anarkis, membuncahnya emosi dan tersingkirnya logika. Tindakan ini ada juga karena efek kemungkinan besarnya tidak terpenuhinya atau akan terganggunya (perkiraan terancamnya) persoalan logistik karena hasil panennya tidak bagus.
Kemudian bulan Mei 2010, dari blog kpadjak.wordpress.com dengan judul artikel "Logika tanpa logistik hasilnya anarkis".
klo semua logika itu ga didukung dengan logistik yang baik, maka ada defisit yang akhirnya bisa menimbulkan apa yang gw bilang sebagai anarkis.. anarkis disini bisa aja sebagai contoh reaksi thd apa yang orang katakan thd kita (seperti yg dijelaskan rani),,atau mungkin reaksi keras yg berhubungan dengan fisik maupun mental.. y wallahu ‘alam..
Dari blog okiawankurniawan.blogspot.com, dengan judul artikel LOGIKA DULU ATAU LOGISTIK DULU?, yang ditulis pada bulan Oktober 2011, menuliskan bahwa Efektifitas dan efisiensi penggunaan logistik perlu diutamakan demi mencapai prinsip keadilan, kelestarian, dan kesejahteraan seluruh umat manusia. dan itu bisa dilakukan dengan cara berfikir dengan akal sehat, bukan dengan ketamakan menguasai logistik. ..... Orang yang bijak adalah orang yang akalnya bisa menguasai perutnya. Daripada dikuasai oleh perutnya. Otak merupakan pusat dari seluruh kegiatan manusia, bukan perut atau nafsunya. Tuhan telah menciptakan bumi dan seluruh isinya dengan ukuran yang cukup untuk seluruh umat manusia. Keserakahan manusia-lah yang meyebabkan kemiskinan dan kesenjangan di dunia.
Logika Tanpa Logistik, Terlalu Naif Untuk di Lakukan, Benarkah?, ditulis pada Oktober 2015 yang tertera di web mastrigus.com, memberi kesimpulan bahwa logika selalu menuntut logistik, tanpa itu hanya akan menjadi logika yang setengah-setengah. Anda pun mungkin juga pernah memutuskan hal ini, untuk apa memikirkan sesuatu sampai final jika ujung-ujungnya pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan logika dan tenaga yang telah dikeluarkan, jika sudah seperti ini kapan kita bisa hidup damai berdampingan. Logika Tanpa Logistik, Terlalu Naif Untuk di Lakukan, Benarkah? jawabnya BENAR
apakah logika tanpa logistik ujung-ujungnya pasti anarkis?.Tidak dipungkiri hasil kinerja yang maksimal membutuhkan prosesi yang juga maksimal dan panjang malah mungkin lebih sporadis lagi “melelahkan”. Satu sisi kita harus menghasilkan karya yang diakui publik tapi di sisi lain, lagi-lagi dihadapkan pada materi yang minim............Bukankah Islam telah mewanti-wanti bahwa tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah pada tuhannya dan sebaik-baik kita adalah yang paling dan banyak manfaatnya bagi yang lain. Jika saja kita orientasikan suatu pekerjaan adalah suatu ibadah dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya pada orang lain, Insyaallah penggalan-penggalan kata yang mengecilkan semangat berkarya akan mudah kita tepis. Disinilah perlu adanya peran serta “ikhlas” dalam dunia kerja. Tulisan tersebut aku kutip dari blog an-naba.ittifaqiah.ac.id, yang ditulis pada Oktober 2016 dengan judul artikel Benarkah Logika Tanpa Logistik Akhirnya Pasti Anarkis?.
Di bulan Mei 2019, dari web jurnaba.co terdapat tulisan dengan judul "Alasan Logika tanpa Logistik Berakhir Chaos". Dalam artikel tersebut dijelaskan Makanlah secukupnya, yakni tidak kurang dan juga tidak lebih. Bahkan dalam ilmu kesehatan, kita seringkali mendengar betapa pentingnya sarapan. Kenapa? Karena berbahaya bagi tubuh untuk memulai aktivitas dalam keadaan perut yang kosong alias lapar. Makan atau sarapan itu ibarat logistik, perbekalan untuk kita mengawali aktivitas di pagi hari, termasuk aktivitas berpikir. “Logika tidak akan jalan tanpa logistik.” Begitulah yang seringkali diucapkan teman-teman kala waktu makan siang tiba dan tugas belum juga selesai dikerjakan. Jadi, Nabs, filsuf sekalipun perlu makan. Tidak akan ada gagasan-gagasan kritis tanpa energi untuk berpikir.
Wow...
Itu lah pendapat dan opini mengenai Logika & Logistik. terutama dalam hal Logika Tanpa Logistik.
Sumber :
https://www.indozone.id/news/DNslmVg/dr-tirta-warning-pilkada-hati-hati-saat-orang-tidak-makan-logika-tanpa-logistik-anarki/read-all