Menyaksikan video diatas cukup mengerikan.
Kampung Teko atau sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Apung berada di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan kawasan seluas 3 hektar ini sekarang berada di atas air serasa mengapung. Di sini tanah turun 15 cm setiap tahun sehingga rumah dibangun diatas air. Bahkan Pemakaman Umum Kapuk sekarang menjadi Danau. Seorang warga mengatakan bahwa dia sudah meninggikan lantai rumahnya sebanyak 3x
Begitu juga halnya dengan nasib Masjid Wal Adhuna. Masjid ini di tahun 2001 masih digunakan untuk sholat. Namun sekarang hampir 12 tahun Masjid yang berada di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara tergenang di pesisir Jakarta.
Saat masjid mulai terendam dan pasca banjir rob, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung membangun tanggul di belakang bangunan masjid dengan tinggi kurang lebih lima meter di sana. Permukaan tanah Jakarta yang terus menurun, serta air laut yang terjebak antara tanggul lama dan tanggul baru akhirnya merendam masjid itu hingga saat ini.
Kampung apung dan Masjid Wal Adhuna menjadi saksi bisu semakin turunnya permukaan tanah di Jakarta. Pesisir Jakarta menjadi pertanda pelan-pelan Jakarta akan tenggelam, salsah satunya karena penurunan permukaan tanah.
Sejak dipantau tahun 1997 tanah di Jakarta mulai terendam, 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 2007 penurunan tanah semakin meluas, bahkan bisa sampai dekat istana negara.
Tahun 2021 ini sudah terendam 10%, Diprediksi tahun 2050 Jakarta akan tenggelam, dengan hampir separuh (50%) wilayahnya akan terendam air, sehingga bibir pantai akan sampai di dekat Istana Negara.
Berdasarkan peta di Jakarta tahun 1972 area tutupan lahan sebagai area hijau menandakan Jakarta masih dipenuhi oleh pepohonan. 20 tahun kemudian atau pada tepatnya pada tahun 1993, area hijau terus berkurang, terlebih di tahun 2005 sangat berkurang banyak.
Jika dikaitkan dengan land cover karena ada proses urbanisasi sehingga penduduk menjadi bertambah banyak, dan konsumsi air tanah juga semakin banyak.
Sehingga masalah urbanisasi berbanding lurus dengan penurunan tanah karena tidak diimbangi dengan kebutuhan air. Dimana berdasarkan data pipa air akses pipa air di Jakarta pada tahun 1950 masih 12%, dan di tahun 2019 baru 57%. Artinya banyak warga yang tidak memiliki akses air bersih kemudian menyedot air tanah untuk bertahan hidup.
Sumber :
https://www.youtube.com/watch?v=4nuzHnc6oVI
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/09/12/18402081/mengenal-kampung-apung-yang-dulunya-seindah-kawasan-pondok-indah?page=all
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/06/19540701/masjid-wal-adhuna-pusat-ibadah-yang-kini-terendam-rob-abadi?page=all.
No comments:
Post a Comment