Saat pikiran agak ruwet, stres di kantor, banyak hal yang di kepala, maka pelampian yang paling pas adalah olahraga sambil nongkrong dengan teman-teman.
Kali ini team ICC (Ipoms Cycle Club) kumpul bareng untuk gowes ke Petirtaan Jolotundo. Dengan mengusung slogan gowes bareng dengan tujuan sehat dan meningkatkan imun dengan slogan SeMaPot (Sepedaan Minum Makan-makan & Photo-photo).
Petirtaan Jolotundo atau Jalatunda terletak di Dusun Balekambang Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, tepatnya di Kawasan Perhutani KPH Pasuruan. Petirtaan berbahan batu andesit ini memiliki luas lahan 3.019,75 m2.
Petirtaan atau Petirthan berasal dari kata Patirthan (pa+tirtha+an), dengan kata dasar tirtha yang berarti air, dalam hal keagamaan air yang dimaksud adalah air suci yang membuat suci seseorang.
Petirtaan Jalatunda terdapat pancuran yang dulunya berasal dari teras kedua Peritraan Jalatunda, dapat di ketahui bahwa petirtaan ini merupakan simbol dari Gunung Penanggungan yang dikelilingi oleh delapan buah puncak yang lebih rendah dan memiliki arti simbolis sebagai replika gunung Mahameru.
Patirthan Jolotunda didirikan pada tahun 977 M, setengah abad setelah Mpu Sindok yang berkuasa pada tahun 929-47 M membangun kerajaan bercorak Hindu Buddha di Jawa Timur. Pendiri Jolotunda memilih sisi barat Gunung Penanggungan untuk membangun pemandian tersebut untuk menghormati leluhur Pandawa dalam kisah Mahabharata yaitu Raja India yang bernama Udayana.
Jolotundo terbentuk dari kata "jala" yang artinya air, dan "tunda" yang berarti tingkat. Dapat disimpulkan bahwa Petirtaan Jolotundo artinya adalah tempat menyucikan diri di mana airnya keluar dari pancuran bertingkat.
Petirtaan Jolotundo adalah peninggalan Kerajaan Medang atau Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur. Setelah Kerajaan Medang runtuh pada abad ke-11, Petirtaan Jolotundo diyakini masih terus digunakan hingga periode Kerajaan Majapahit (1293-1527).
Dari inskripsi yang terpahat pada dinding, maupun dari relief pada dinding sisi timur Petirtaan Jolotundo, diketahui bahwa situs ini dibangun pada tahun 899 Saka atau 977 Masehi. Pada masa itu, Kerajaan Medang dikuasai oleh putri Mpu Sindok, Sri Isyana Tunggawijaya yang memerintah bersama suaminya yang bernama Sri Lokapala.
Setelah Kerajaan Medang runtuh pada abad ke-11, Petirtaan Jolotundo diyakini masih terus digunakan hingga periode Kerajaan Majapahit (1293-1527).
Sumber :
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/petirtaan-jolotundo/
https://www.kompas.com/stori/read/2023/01/10/235000079/petirtaan-jolotundo-situs-pemandian-kuno-dari-era-kerajaan-medang?page=all.
No comments:
Post a Comment