Pages

Wednesday, October 13, 2021

Green Economy

Green Economy atau ekonomi hijau didefinisikan oleh UNEP (United Nations Environment Programme) atau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai pertumbuhan lapangan kerja dan pendapatan didorong oleh investasi publik dan swasta ke dalam kegiatan ekonomi, infrastruktur dan aset yang memungkinkan pengurangan emisi karbon dan polusi, peningkatan efisiensi energi dan sumber daya, dan pencegahan hilangnya keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem yang bercirikan rendah karbon, efisien sumber daya dan inklusif secara sosial. 

Sumber foto : www.omcd.it

Gagasan green economy dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

Salah satu yang menyokong Green Economy adalah penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), dalam hal ini Indonesia sebagai suatu negara kepulauan dengan iklim tropis, Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang EBT, diantaranya yaitu :

  1. Energi panas bumi (geothermal), yaitu energi panas yang terkandung dalam fluida air (bisa dalam uap, cair, atau campuran keduanya) yang berada pada kedalaman lebih dari 1 kilometer di bawah permukaan bumi. Fluida panas ini memiliki temperatur dan tekanan yang tinggi yang menjadikannya sebagai penyedia energi yang masif. Jumlah potensi energi geothermal Indonesia ialah sekitar 11.073 Megawatt listrik (MWe) dan cadangannya sekitar 17.506 MWe
  2. Energi Surya, dengan mengembangkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagai energi alternatif terbarukan maka hal ini akan dapat menopang kebutuhan energi masyarakat di Indonesia. Potensi energi surya di Indonesia dinilai sangat besar, yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, tetapi yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. 
  3. Energi Laut, dengan memiliki wilayah laut sekitar dua pertiga wilayah Indonesia akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia untuk menggali potensi energi laut. Energi laut dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera) merupakan sumber energi di perairan laut yang berupa energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.
  4. Energi Biomassa/biogas, energi ini dapat dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak, atau limbah dapur seperti sayuran yang sudah digunakan lalu diproses urai yang dinamakan anaerobik digester di ruang kedap udara. Komponen utama dari energi biogas ini adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Kedua gas tersebut dapat dibakar atau dioksidasi dan melepas energi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Semakin besar kandungan metana dari energi biogas, maka akan semakin besar juga energi yang bisa dihasilkan dari biogas tersebut.

Untuk energi alternatif yang disebut terakhir yaitu biomassa ini seperti sekali mandayung dua tiga pulau terlampaui, yaitu tidak hanya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, tetapi juga dapat menjadi solusi permasalahan sampah sekaligus menggerakkan ekonomi. Berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan karena dapat membuka lapangan kerja dan peluang bisnis di sektor biomassa, khususnya yang berbasis sampah dan limbah.

Dalam skala besar dan lebih panjang, langkah ini akan dapat mengatasi masalah Indonesia yang sedang mendorong energi bersih. Saat ini kebutuhan batu bara di Indonesia mencapai sekitar 120 juta ton. PLN saat ini memiliki program Green Booster melalui biomass cofiring atau pencampuran biomassa dengan batu bara. Secara bertahap misalnya dengan biomass cofiring sebanyak 90 persen batu bara dan 10 persen biomass, maka kebutuhan batu bara turun menjadi sekitar 108 juta ton karena sebanyak 12 juta ton sudah digantikan oleh biomass.

Yang menjadi tantangan terbesar dalam implementasi cofiring biomassa adalah usaha untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian. Yaitu sangat penting untuk menjaga harga listrik yang dihasilkan tetap terjangkau dan tidak melebihi biaya pokok penyediaan (BPP) yang ditetapkan.

Hilirisasi green energi di Indonesia akan fokus utama apalagi Indonesia memiliki ketersediaan cadangan nikel dunia terbesar berada di Indonesia dengan persentase sebanyak 24-25 persen, juga termasuk kobalt, mangan (nanganese), dan lithium.

Nantinya bahan-bahan tersebut akan dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan kendaraan mobil listrik berbasis baterai atau Electric Vehicle (EV).


Sumber :

https://www.unep.org/regions/asia-and-pacific/regional-initiatives/supporting-resource-efficiency/green-economy

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210909191334-90-692233/pakar-biomass-cofiring-solusi-alternatif-transisi-energi?

https://ekbis.sindonews.com/read/520156/33/ekonomi-hijau-jadi-fokus-utama-investasi-bahlil-beberkan-alasannya-1629778095

https://www.omcd.it/when-profit-meets-the-environment-and-people-our-green-economy-policy/

No comments:

Post a Comment