Pages

Sunday, January 16, 2022

Poverty Screams, but Wealth Whispers

Siang ini sambil berkendara mendengarkan radio Suara Surabaya, ada petuah bijak dari Prof. Rhenald Kasali, terdapat sekitar 10 poin, dan poin terakhir sangat menarik, yaitu tentang Poverty Screams, but Wealth Whispers. Hingga sampai di rumah aku coba cari di google. Dan akhirnya menemukan topik dan pembahasan serupa dari beliau.

Poverty Screams, but Wealth Whispers

Orang yang kaya itu tidak berisik, namun berbisik, karena agak malu untuk membicarakan kekayaan. Jadi orang kaya itu diam-diam saja bahkan semakin sederhana. Semakin kaya seseorang maka dia akan semakin menginginkan privasi, dan tidak ingin menjadi perhatian.

Namun, sering kali kita lihat orang-orang yang justru pamer, mulai dari menyebutkan nama-nama orang hebat, menggunakan barang-barang mewah hanya untuk menunjukkan kehebatan atau kekayaan.  

Banyak orang yang katanya kaya, tapi kaya kok dipamer-pamerkan.

Jadi mengapa beberapa "orang kaya" justru ingin pamer?


Fenomena flexing vs privacy

Inilah yang disebut dengan flexing, yaitu memamerkan sesuatu. Istilah flexing digunakan dalam marketing. Dengan menunjukkan kekayaan maka diharapkan orang lain sebagai calon konsumen bisa percaya. Yang kita sebut sebagai market signalling.

Jadi flexing tersebut adalah marketing untuk membangun kepercayaan dan menunjukkan pada customer sehingga customer mau menaruh uangnya atau membeli produknya.

Yang berbahaya jika signal tersebut adalah palsu.

Hal ini berkaitan dengan consumer behavior, salah satunya yang disebut dengan conspicuous consumption yaitu konsumsi yang sengaja ditunjukkan pada orang lain, misalnya rumahnya besar, mobilnya mewah, perabotannya langka yang digunakan untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang hebat. 

Flexing ini merupakan gejala social media yang tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga terjadi di hampir semua negara-negara yang telah mencapai kemakmuran luar biasa. Namun bagi orang yang tinggal di negara yang telah menuju tingkat tertentu mereka sudah tidak melakukan pamer lagi.

Pada dasarnya orang yang benar-benar kaya adalah orang yang menjaga privasi, mereka mengutamakan comfort dan quality bukan label atau merk besar, Orang kaya memang tidak pamer namun sebaliknya terdapat beberapa orang yang ingin dikenal dan dikenang.

Ini tidak hanya berlaku pada kekayaan namun juga hal lain yang melekat pada diri kita misalnya gelar dan lain sebagainya. Ada hal yang telah menjadi trend, gaya hidup yang dipercaya oleh sebagian orang bahwa itu adalah signal untuk membawa keberuntungan, namun bagi orang bijak tidaklah demikian. 

Yang jelas kita harus memiliki jati diri. Stay relevan.

Selengkapnya segera dengarkan podcast di akun youtube Prof. Rhenald Kasali pada link diatas.

--

Update tanggal 01 Februari 2022

Ada bahasan yang lebih mendalam dan mendetail dalam podcast Close The Door dari Deddy Corbuzier yang berjudul "SOK KAYA TAPI NIPU TRADING‼️BOHONG SEMUA⁉️ - RHENALD KASALI - Deddy Corbuzier Podcast".

Beberapa quote yang menarik dari percakapan diatas adalah sebagai berikut:

Definisi orang kaya : ketika dia memberi banyak rasanya baru sedikit dan bersyukur, dan bisa memberikan lagi.

Orang kaya membeli barang bukan hanya untuk saving time, tapi save a lot times.

Orang kaya bukan perlu barangnya, tapi aksesnya.

Orang kaya perlu security, keperluan, design over quality bukan yang hanya meng-impressi, yaitu orang yang beli dengan uang yang anda tidak punya, beli barang yang tidak anda butuh, untuk meng-impressive orang yang tidak anda kenal.

No comments:

Post a Comment