Pages

Friday, March 18, 2022

Beda Ditulis dan Dicatat

Ini dia sosok favoritku sejak era 90-an, yaitu Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denda Kusuma alias Dik Doank. Dik Doank pernah membuat sampul kaset album milik Atiek CB, Chrisye, Broery Pesulima, Nike Ardilla, Ebiet G. Ade, Koes Plus dan AB Three.

Tahun 1997, Dik Doank merilis single "Pulang" dari album pertama. Kemudian meluncurkan album "Jangan Takut" dengan single hits "Pak Posku" dan "Digoda Waria". Tahun 2004, Dik mengeluarkan album ketiganya bertajuk “180 Derajat”. 

Piala dunia FIFA World Cup 2002 Korea-Jepang melejitkan Dik Doank bersama Ucok Baba, bahkan Dik meraih piala Panasonic Awards sebanyak 5 kali dalam kategori pembawa acara bola terbaik. 

Saat ini Dik fokus kepada bisnis restaurant yang ia punya dan sekolah yang dia buat sendiri, Kandank Jurank Doank. Ada percakapan menarik antara Dik Doank bareng Ronald, sebagai berikut dialog podcast mereka berdua. 

Kereta api, dari dulu ada 2 track, sabar dan syukur lama-lama menjadi kendaraan favorit, istiqomah. Siapa yang menetap akan diberikan karomah sebagai proses yang panjang dan berat, bersama Tuhan segala sesuatu akan menjadi ringan.

Jika ada orang beragama tiba-tiba menyingkirkan keindahan dan seni, maka dia keliru besar.

Tugasnya orang dalam Islam adalah belajar bukan mengajar. Tidak lagi sudut panjang tapi jarak pandang. Kita tidak lagi bangga pada wawasan, tapi kita harus membaca cakrawala. 

Baik atau tidak baik, setuju atau tidak setuju tetap harus ada di bumi. Namun jangan berdebat pada orang yang berseberangan. 

Jika kita menyamaratakan semuanya maka kita menjadi tidak arif dan tidak bijaksana. Kita harus berlaku adil, adil itu seimbang, seimbang itu akan melahirkan leluasa dalam bergerak, kita menjadi orang yang santai sehingga akan melahirkan orang yang wajar.

Buku adalah sejarah masa lalu, kita harus membaca agar tidak masuk ke dalam lubang yang sama. Sehingga kita akan mampu meloncat, bukan sekedar melangkah. 

Saat kau kembali, kau telah meniadakan dirimu dan kau bukan siapa-siapa. Hal tersebut penting, karena ketika menjadi "siapa" ada perasaan orang menjadi jumawa.

Pertama, dulu kita bodoh, kita gelisah kita belajar dan menjadi pintar.

Kedua, kita bodoh, belajar jadi pintar, cuma belajar lagi sehingga menjadi rendah hati.

Kebanyakan orang masih dalam tahap pertama, dan sebagian kecil sudah dalam tahap kedua, namun sangat sedikit yang dalam tahap ketiga, yaitu sebagai berikut:

Ketiga, kita bodoh, kita belajar, menjadi pintar, kita belajar, menjadi rendah hati, dan belajar lagi sampai pada akhirnya kita tahu bahwa kita tidak tahu apa-apa.

Di saat kita pada titik kita benar, tapi kita disalahkan, lalu kita puasa kebenaran, maka Allah yang Maha Benar menyelinap sebagai kebenaran yang absolut. Tidak semua persoalan dalam hidup harus kita jawab.

Ditengah persoalan kita harus bersabar dan bersyukur, saat sabar dan syukur join maka menetaslah apa yang disebut dengan keikhlasan.

Hidup itu sudah ditulis oleh Allah tapi belum dicatat oleh malaikat. 

Misal, saat di jalan kita diserempet orang, itu artinya peristiwa tersebut sudah ditulis, lalu kita mengumpat dan marah, maka catatan kita akan menjadi merah, namun kita saat diserempet kita istighfar dan mendoakan yang baik, maka catatan kita akan menjadi biru dan menjadi raport yang baik kita kelak saat di akhirat.

Takdir itu ibarat ada orang yang memanah kita, misal orang pasti mati terkena panah kita, sebelum kita angkat perisai. Kita diberi akal, lalu kita angkat kardus sebagai perisai dan tembus lalu mati, lalu kita bilang takdir, bukan, itu adalah kebodohan, tapi angkatlah perisai baja lalu melesat lalu kena jantung kita dan mati juga, itulah takdir. 

Semua itu proses, proses itu perubahan.

Sholat tapi khawatir, sholatmu kemana?

Sholat tapi pemarah, sujudmu kemana? 

Bukankah sujud itu merendahkan hati dihadapan yang Maha Tinggi. 

No comments:

Post a Comment