Setelah kemarin sempat istirahat dari perjalanan Euforia Mudik ke Jember, pagi ini kita sudah segar dan siap melanjutkan perjalanan ke Pekalongan. Perjalanan akan menempuh jarak lebih dari 400 km atau tepatnya 413 km.
Yaitu mulai dari KM 755 pintu tol Sidoarjo hingga KM 342 di pintu exit tol Pekalongan. Kita berangkat dari pukul 07.00 dan diperkirakan jika tanpa berhenti akan menempuh 5 jam, namun kita perkirakan akan sampai di Pekalongan pukul 14.00 karena selain berhenti untuk istirahat di rest area juga berhenti untuk makan siang dulu.
Tempat yang kita tuju untuk makan siang adalah di rest area KM 456, yaitu di kota Salatiga. Artinya kita telah menempuh perjalanan sejauh 299 km. Pada pukul 11.00 kita sampai di rest area tersebut. Konon rest area ini merupakan rest area yang terindah se-Indonesia bahkan kerap kali dijadikan tempat wisata. Hal ini tidak mengherankan karena rest area tersebut berdiri di lereng Gunung Merbabu.
Rest area ini memiliki 5 bangunan utama yang menggambarkan keberadaan lima gunung di wilayah Jawa Tengah, yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Ungaran.
Dan yang unik dari rest area Salatiga adalah memiliki jembatan yang menghubungkan kedua sisi rest area yang dipisahkan oleh jalan tol. Tidak itu saja, rest area ini dilengkapi dengan tempat parkir yang luas, puluhan toilet, serta 40 gerai UMKM yang menawarkan produk kuliner, kerajinan busana, hingga oleh-oleh khas Jawa Tengah yang merupakan UMKM yang tersebar di Kota Semarang, Solo, Salatiga dan Boyolali.
Pukul 12.30 setelah rehat yang cukup, kita kemudian lanjut jalan. Perjalanan tersisa 114 km, namun rute yang ditempuh cukup menantang, yaitu rute Bawen-Ungaran-Semarang banyak tanjakan tajam dan turunan yang curam.
Dan akhirnya pada pukul 14.30 kita sampai juga di Hotel Dafam Pekalongan yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo No.53, Medono, Pekalongan, Jawa Tengah. Rencana kita akan menginap selama 3 hari 2 malam, yaitu mulai dari tanggal 4 Mei hingga 6 Mei 2022.
Hari pertama kita tidak kemana-mana, setelah berenang di kolam renang fasilitas hotel kemudian kita hanya beristirahat dan malam hari cukup jalan-jalan cari minum di Transmart yang kebetulan berada tepat di depan hotel.
Baru hari kedua kita jalan menuju ke desa Sragi untuk bertemu dengan sanak saudara. Sekaligus untuk mengantarkan orang tua yang sedang ada acara Reuni dan Halal Bihalal 1443 H untuk Alumni SMP Sragi Angkatan 1966 yang diadakan di Pekalongan.
Dan di hari ketiga atau hari terakhir, selepas olahraga pagi dengan lari pagi, pada pukul 9.30 kita jalan dulu ke cafe Limun Oriental. Limun Oriental Cap Nyonya Silhuet merupakan minuman legendaris khas Pekalongan yang sudah berdiri sejak 1920.
Sebelum bernama Limun Oriental, minuman ini bernama Fabriek Lemonade en Mineral Water Njoo Giok Len. Minuman ini disebut juga dengan nama Limun Beruap karena terbuat dari racikan asam sitrat, air sari buah, dan karbondioksida, sehingga membuat minuman ini terkesan beruap.
Nongkrong ke cafe tersebut menjadi jujukan rutin jika kita melakukan perjalanan ke Pekalongan. Cafe atau kedai ini berdiri pada tahun 2017 merupakan buah inovasi yang disambut hangat di Pekalongan tepat saat tren nongkrong tengah menjamur, dan semoga akan tetap eksis sebagai salah satu ikon oleh-oleh khas Pekalongan.
Proses pembuatannya masih dilakukan dengan cara konvensional dengan tenaga manusia. Dan hebatnya Limun Oriental bisa bertahan melintasi perubahan zaman.
Kembali ke perjalanan balik dari Pekalongan, pukul 13.30 kita sampai di kota Solo, tepatnya di KM 504 untuk rehat sejenak disana sambil unjung-unjung ke rumah saudara yang tinggal di Solo.
Pukul 15.30 kita lanjut jalan dari Solo menuju Sidoarjo. Namun perjalanan tidak bisa laju, karena di sekitaran Madiun-Nganjuk turun hujan cukup lebat. Bahkan mirip badai. Hujan deras tersebut hingga perjalanan kita sampai di kota Mojokerto. Sehingga pada pukul 18.30 kita baru sampai rumah.
No comments:
Post a Comment