Resesi ekonomi menghinggapi 31 negara karena mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama 2 kuartal berturut-turut dimana hal tersebut setara dengan sepertiga PDB dunia yang tercatat di laporan World Economic Outlook edisi Oktober 2022.
Hal in menyebabkan kenaikan harga yang cepat, terutama makanan dan energi sehingga menyebabkan kesulitan serius bagi rumah tangga, terutama bagi masyarakat miskin. Daftar negara yang mengalami kontraksi 2022-2023 yaitu
- - AS
- - Prancis
- - Kanada
- - Inggris
- - Jerman
- - Jepang
- - Rusia
- - Italia
- - Jerman
- - Ukraina
- - Equatorial Guinea
- - Libya
- - Haiti
- - Yaman
- - Sudan
- - Chad
- - Mikronesia
- - Cyprus
- - Luxemburg
- - Lithuania
- - Slovenia
- - Tonga
- - Republik Kongo
- - Zimbabwe
- - Samoa
- - Chile
- - Argentina
Krisis biaya hidup akibat gangguan rantai pasok juga menjangkiti hampir seluruh penjuru dunia, IMF melihat krisis biaya hidup akan semakin persisten dan meluas, bahkan IMF memproyeksikan inflasi global akan mencapai puncaknya pada 9,5% tahun 2022, lalu melambat menjadi 6,5% pada 2023 dan 4,1% pada tahun 2024.
Sehingga bank sentral dan pemerintah harus cerdas dan tepat dalam membuat kebijakan.
Jika pengetatan moneter terlalu lemah justru semakin memperkuat inflasi. Dan jika pengetatan moneter terlalu kuat dapat memicu ekonomi global masuk ke resesi parah.
Dari 31 negara diatas ada 3 negara yang diproyeksi mengalami inflasi tinggi pada tahun ini, yaitu
- Zimbabwe, diperkirakan inflasi 547,3%
- Venezuela, diperkirakan inflasi 220%
- Sudan, diperkirakan inflasi 129,5%
Ada 2 negara lain dengan inflasi ratusan, yaitu Suriah dan Lebanon. Dan ada 2 negara lain dengan inflasi tinggi yaitu Turki dengan tingkat inflasi 73,5% dan Argentina dengan inflasi 95% pada tahun 2022 ini.
Khusus untuk Lebanon, uang tabungan nasabah warga sana telah dibekukan dalam sistem perbankan dampak krisis keuangan di Lebanon akibat inflasi sejak 3 tahun lalu, dimana mata uang lira Lebanon, yang kehilangan lebih dari 95 persen nilainya sejak 2019.
Lalu mengapa negara Lebanon bisa terperosok dalam krisis terburuk?
Krisis ekonomi yang dialami Lebanon juga memicu ketegangan politik. Bahkan sebelum pandemi Covid-19 Lebanon sudah mengalami krisis. Beberapa penyebabnya adalah utang publik terhadap produk domestik bruto merupakan yang tertinggi ketiga di dunia.
Lalu disusul dengan pengangguran yang mencapai 25%, dan hampir sepertiga penduduk hidup di bawah garis kemiskinan. Pemerintah Lebanon gagal menyediakan layanan dasar sehingga sering terjadi pemadaman listrik, kurangnya air minum yang aman, terbatasnya layanan kesehatan masyarakat, dan koneksi internet terburuk di dunia.
Lebanon akan mengalami gagal bayar utang untuk pertama kali dalam sejarah karena cadangan mata uang asing telah mencapai level "kritis dan berbahaya" dan jumlah yang tersisa diperlukan untuk membayar barang-barang impor yang vital.
Hal ini dikarenakan kas negara menggunakan skema piramida atau skema Ponzi yang dijalankan oleh bank sentral, yaitu dimana bank sentral meminjam dari bank-bank komersial dengan tingkat bunga di atas pasar guna membayar kembali utangnya sekaligus mempertahankan nilai tukar mata uang Lebanon dengan dolar AS.
Sehingga pada pertengahan Oktober, pemerintah hendak membuat pajak baru untuk rokok, bensin, dan panggilan suara via WhatsApp, namun akhirnya dibatalkan. Kombinasi pandemi dan krisis menyebabkan banyak bisnis terpaksa memberhentikan staf atau mengenakan cuti tanpa gaji.
Jika dirunut, akar masalah ekonomi adalah karena masalah politik, yaitu sektarianisme politik. Dimana kursi pimpinan untuk 3 lembaga politik utama seperti presiden, ketua parlemen dan perdana menteri, dibagi antara 3 komunitas terbesar yaitu Kristen Maronit; Muslim Syiah; dan Muslim Sunni berdasarkan perjanjian yang dimulai pada 1943, sehingga dengan sistem pembagian kekuasaan ini menghambat sistem pemerintahan Lebanon.
Sumber :
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221013075338-4-379312/31-negara-dunia-jatuh-di-jurang-resesi-intip-daftarnya
https://dunia.tempo.co/read/1635360/krisis-ekonomi-di-lebanon-rentetan-kasus-nasabah-menyandera-bank
https://www.cnbcindonesia.com/news/20221013081644-4-379314/argentina-turki-minggir-3-negara-ini-inflasinya-bikin-jerit
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-53659612
No comments:
Post a Comment