Terakhir sepedaan bareng dengan ICC (Ipoms Cycle Club) adalah pada tanggal 4 September 2021 saat Gowes Bareng ke Masjid Ceng Hoo. Setelah gowes cuma bertiga seperti saat Gowes ke Candi Belahan pada tanggal 18 September 2021.
Lalu berdua saat Gowes Surabaya Heritage naik Kereta Api pada tanggal 1 Februari 2022. Dan terakhir gowes sendirian pada tanggal 19 Juni 2022 saat Foto Gowes Hepi.
Dan akhirnya, hari Sabtu ini tanggal 14 Januari 2023 ini kembali sepedaan bertiga dengan lokasi Gresik, seperti tempat paling awal saat Gowes ke Gresik Menyambut Era New Normal pada tanggal 6 Juni 2020 yang saat itu ke Makam Panjang di Komplek Makam Siti Fatimah Binti Maimun.
Sekarang ini kita gowes ke Makam Mbah Buyut Surgi atau Pangeran Sargi di Desa Banjarsari Kecamatan Manyar. Kemudian lanjut ke Makam Mbah Buyut Santri Toman.
Desa Banjarsari di Kabupaten Gresik, ternyata ada dua. Satu di berada di Kecamatan Cerme dan satunya lagi di Kecamatan Manyar. Namun dari dua nama desa yang sama itu ternyata ada kaitanya dengan pangeran sakti dari Banjarmasin yang pernah adu kesaktian dengan Sunan Giri.
Menurut M Syifa’ dalam buku “Sang Gresik Bercerita Lagi” karangan Kris Adji dan Kawan Kawan, beliau adalah seorang putra mahkota kerajaan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dari Marga Sargi yang hendak ke Gresik untuk bertemu dengan Sunan Giri di Kerajaan Giri Kedaton yang dikenal sebagai anggota Wali Songo.
Raden Sargi pun membaca 2 kalimat syahadat dengan dituntun oleh Kanjeng Sunan Giri dan nama beliau pun turut diganti menjadi nama Islam, yaitu Raden Sihabuddin dan kemudian diberikan jabatan oleh Sunan Giri sebagai Panglima Perang Kerajaan Giri.
Sunan Giri menugaskan Raden Sargi untuk menyebarkan syiar Agama Islam dengan menyuruh beliau pergi ke hutan dan membangun sebuah desa. Semula Raden Sargi menuju ke arah barat yang letaknya kira-kira sejauh 25 km dari arah barat Kerajaan Giri dan mulai mbabat alas serta membangun pemukiman di sana.
Desa ini kemudian menjadi cikal bakal adanya Desa Banjarsari di Kecamatan Cerme.
Namun karena lokasi tersebut keliru, kemudian Sunan Giri memanggil kembali Rąden Sargi agar Raden Sargi berjalan lurus mengikuti arah barat laut hingga kemudian menemukan pohon asam yang sangat besar dan tinggi. Raden Sargi pun mulai mbabat alas dan mendirikan sebuah desa lalu diberilah nama desa tersebut dengan nama Desa Banjarsari yang masuk ke dalam wilayah Kecamatan Manyar.
Pangeran Sargi pun kemudian dimakamkan di daerah tersebut, namun oleh warga sekitar makam itu lebih dikenal Mbah Buyut Surgi, bukan Sargi.
Sedangkan lokasi gowes kedua juga masih di Desa Banjarsari, Manyar, Gresik yaitu Makam Mbah Buyut Santri Toman yang insya Allah beliau adalah santri pangeran Diponegoro. Beliau wafat sekitar tahun 1840 M. Asal Mbah Toman dari Rembang dan nyantri ke Magelang.
Saat perang Suci Jawa 1825-1830 banyak santri dan pasukan Pangeran Diponegoro dikejar-kejar Belanda. Salah satunya Mbah Toman, setelah selesai peperangan tersebut beliau mengasingkan diri di wilayah Manyar dan menyebarkan agama Islam disana hingga wafat di desa Banjarsari, Manyar.
Salah satu situs peninggalan beliau yaitu sumur tua di sebelah barat makam kurang lebih 50-100 meteran.
Sumber :
https://gresiksatu.com/asal-usul-dua-nama-desa-banjarsari-dari-pangeran-sargi-yang-menantang-sunan-giri/
https://www.facebook.com/2223192974607814/posts/pfbid02zFQ1uJR6fwjMzdsLYmc968Ksn8btsuhU5Kiqv2xkXciu1AfcZqjY1oosCcUWDHqMl/?mibextid=Nif5oz
No comments:
Post a Comment