Ojo Lali, Ojo Dumeh, Ojo Ngoyo
“Sikap pasrah kepada Tuhan bukan berarti tidak mau bekerja, melainkan percaya bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Berhasil tidaknya apa yang kita lakukan merupakan otoritas Tuhan.”
Diatas merupakan petuah dari mantan Presiden Soeharto kepada Prabowo Subianto saat hendak bertugas memimpin pasukan perang. Saya itu Prabowo masih muda, masih berpangkat Mayor di Kostrad yang sedang memimpin Batalyon mau berangkat ke medan perang.
Saat dipanggil Soeharto, Prabowo merasa deg-degan dan khawatir. Namun ada satu harapan Prabowo, dirinya akan diberikan uang saku. Namun ternyata tidak, dirinya justru mendapat pesan-pesan. Ajaran Pak Harto tersebut ternyata menjadi pengalaman yang baik untuk diamalkan.
Yaitu, ojo lali, ojo dumeh dan ojo ngoyo. Ojo lali atau jangan lupa mempunyai makna, jangan lupa dengan ajaran agama, ajaran orang tua dan ajaran para guru. Ojo dumeh yang mempunyai makna jangan sombong atau sok. Sedangkan ojo ngoyo mempunyai makna jangan memaksakan diri kalau tidak mampu.
Menggali Makna Mendalam dari Ojo Lali, Ojo Dumeh, Ojo Ngoyo: Filosofi Jawa untuk Hidup yang Bermakna
Di balik kata-kata sederhana dalam bahasa Jawa, tersimpanlah hikmah dan filosofi yang mendalam. Ojo Lali, Ojo Dumeh, dan Ojo Ngoyo bukan sekadar rangkaian kata-kata, tetapi merupakan panduan untuk menjalani kehidupan dengan penuh makna dan kesadaran. Mari kita gali lebih dalam mengenai makna dan aplikasi dari ketiga konsep ini.
Ojo Lali: Ingatlah
Ojo Lali, atau "Jangan Lupa", mengajarkan kita untuk selalu mengingat hal-hal penting dalam hidup. Terkadang, kesibukan dan gangguan sehari-hari membuat kita melupakan nilai-nilai fundamental atau pelajaran berharga yang telah kita peroleh. Pesan ini mengingatkan kita untuk tidak melupakan akar-akar kita, untuk tetap menghargai nilai-nilai moral, dan belajar dari pengalaman masa lalu.
Mempraktikkan Ojo Lali berarti kita tidak boleh melupakan nilai-nilai seperti kejujuran, kasih sayang, dan kerjasama. Ini juga berarti kita harus menghargai hubungan dengan orang-orang yang penting dalam hidup kita, dan tidak melupakan kontribusi mereka terhadap kita. Dengan memahami dan menerapkan Ojo Lali, kita dapat hidup dengan penuh kebermaknaan dan kebijaksanaan.
Ojo Dumeh: Jangan Ragu
Kata ‘Ojo Dumeh’ berasal dari bahasa Jawa, yang kalau kita artikan adalah ‘ojo’ artinya Jangan, dan ‘dumeh’ berarti mentang-mentang. Dengan demikian ‘ojo dumeh’ artinya “Jangan mentang-mentang”. Bagi masyarakat Jawa kata ‘ojo dumeh’ merupakan pepatah lama yang dimaksudkan agar kita selalu sadar dan rendah hati. Ada banyak pepatah Jawa yang lebih bermakna sebagai larangan dan bukan anjuran. Salah satu contohnya adalah kata ‘ojo dumeh’ (jangan mentang-mentang). Meski hanya dua kata, ‘ojo dumeh’ memiliki makna yang dalam.
Kalau ada nasihat yang diawali dengan kata ‘ojo’ maka kita harus mencari makna anjuran yang terkandung di dalamnya. Demikian juga dengan nasihat ‘ojo dumeh’. Kata ‘ojo dumeh’ intinya mengharuskan kita untuk sadar bahwa semua yang kita miliki tidaklah abadi. Kekuasaan yang kita miliki, akan ada masa akhirnya, fisik yang yang prima, nantinya akan menua, kekayaan yang kita miliki, bisa jadi akan hilang. karena semuanya hanya titipan dari Yang Maha Kuasa.
Ojo Ngoyo: Jangan Malas
Jangan berusaha terlalu kuat. Sampai sekarang orang masih sering menggunakan kata-kata tersebut. Kalau ada orang yang bekerja terlalu kuat, tidak mengenal waktu, maka orang akan memberi nasihat “ojo ngoyo”. Orang yang mendapat nasihat pada umumnya berpikir: “Pekerjaan ini kan harus saya selesaikan, bagaimana mungkin harus tidak ngoyo?”.
Kata ‘ora ngoyo’ (tidak terlalu kuat) dalam mencapai sesuatu tidak berarti tidak bekerja keras atau bekerja dengan seenaknya, asal saja. Makna dari ‘ora ngoyo’ jauh lebih dalam dari pada itu. Begini ceritanya.
Manusia ditakdirkan hidup di bumi dengan mengemban misi dari Sang Pencipta. Tentu Sang Pencipta menginginkan semua manusia sukses dalam menjalankan misinya. Untuk itu manusia dilengkapi dengan kekuatan pada dirinya. Kekuatan ini terdiri dari kekuatan pikiran, kekuatan spiritual (nurani) dan kekuatan naluriah. Kalau ketiga kekuatan ini bersinergi maka akan muncul ke permukaan dalam bentuk kreativitas, kejujuran, empati, kesetiaan, kasih sayang, kepedulian dan sebagainya. Selain itu, orang juga lebih kreatif, lebih entusias, lebih tangguh secara mental dan seterusnya.
Dalam keseluruhan, Ojo Lali, Ojo Dumeh, dan Ojo Ngoyo menawarkan pandangan yang holistik tentang bagaimana menjalani kehidupan yang bermakna dan produktif. Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat mencapai keseimbangan dan kebahagiaan yang lebih besar. Oleh karena itu, mari kita terus mengingat pesan yang terkandung dalam Ojo Lali, Ojo Dumeh, dan Ojo Ngoyo, dan memperkaya hidup kita dengan makna yang mendalam.
Sumber :
https://www.instagram.com/p/CtNPFbwS9yZ/
https://www.merdeka.com/politik/pesan-soeharto-ke-prabowo-ojo-lali-ojo-dumeh-dan-ojo-ngoyo.html
https://binus.ac.id/character-building/2022/03/ojo-dumeh/
https://smpbss.sch.id/2021/03/06/urip-ojo-ngoyo/
No comments:
Post a Comment