Monday, May 13, 2024

Membeli Buku Tanpa Membaca

Tsundoku, istilah dari Jepang yang merujuk pada kebiasaan membeli buku lalu menumpuknya tanpa pernah membaca. Kata ini berasal dari dua kata: "tsunde-oku" yang berarti 'menumpuk untuk nanti' dan "dokusho" yang berarti 'membaca buku'. Jika digabungkan, tsundoku menggambarkan tindakan membeli buku dan menumpuknya dengan harapan akan membacanya nanti, namun sering kali tidak pernah terjadi.

Istilah ini sudah ada sejak zaman Meiji (1868-1912). Pengajar dari University of London, Andrew Gerstle, menemukan bahwa istilah tsundoku pertama kali muncul dalam teks berbahasa Jepang pada tahun 1879, yang menunjukkan bahwa kebiasaan ini sudah ada sejak lama.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami tsundoku. Salah satunya adalah dorongan yang kuat untuk memiliki buku baru, yang sering kali didorong oleh minat atau keingintahuan. Namun, dalam banyak kasus, waktu untuk membaca tidak selalu sejalan dengan waktu untuk membeli, sehingga buku-buku tersebut akhirnya menumpuk.

Meskipun dorongan untuk membeli buku tetap kuat, dorongan untuk membaca kadang menurun. Akibatnya, buku-buku yang dibeli sering kali hanya menumpuk di meja atau rak tanpa pernah dibaca.

Tsundoku sering disamakan dengan bibliomania, tetapi keduanya sebenarnya berbeda. Bibliomania adalah kebiasaan mengumpulkan buku secara obsesif tanpa mempedulikan apakah buku-buku tersebut akan dibaca atau tidak. Orang yang mengalami bibliomania memiliki niat utama untuk mengoleksi buku sebanyak mungkin.

Sebaliknya, tsundoku lebih berfokus pada niat awal untuk membaca buku-buku yang dibeli, meskipun akhirnya tidak terlaksana. Seseorang dengan tsundoku biasanya membeli buku dengan harapan akan membacanya nanti, tetapi karena berbagai alasan, buku-buku tersebut hanya menumpuk.

Kebiasaan tsundoku ini tidak selalu negatif, tetapi penting untuk diingat bahwa tujuan membeli buku seharusnya adalah untuk membaca dan mendapatkan manfaat dari isinya.

Membaca buku dapat memberikan banyak manfaat, mulai dari pengetahuan baru hingga hiburan. Jadi, alih-alih membiarkan buku-buku menumpuk dan lapuk, cobalah untuk menyisihkan waktu setiap hari untuk membaca. 

Selain tsundoku dan bibliomania, ada beberapa istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis pecinta buku:

  1. Bibliophile: Seseorang yang sangat mencintai dan merawat buku. Mereka menikmati membaca dan mengoleksi buku.
  2. Bibliotaph: Orang yang mengoleksi dan menyimpan buku dengan sangat hati-hati, sering kali menyembunyikannya agar tidak rusak atau dipinjam orang lain.
  3. Abibliophobia: Ketakutan akan kehabisan bahan bacaan. Orang dengan abibliophobia merasa cemas jika tidak memiliki buku yang belum dibaca.
  4. Bibliognost: Seseorang yang memiliki pengetahuan mendalam tentang buku, termasuk isi dan daftar pustakanya.
  5. Bookworm: Seseorang yang sangat suka membaca, tetapi tidak selalu suka mengoleksi buku.
  6. Omnilegent: Orang yang membaca semua genre buku tanpa diskriminasi.
  7. Librocubicularist: Seseorang yang suka membaca buku di tempat tidur.

Dengan memahami berbagai jenis pecinta buku, kita bisa lebih mengenali kebiasaan membaca kita sendiri dan mencari cara untuk meningkatkan pengalaman membaca kita.


Sumber :

https://deepublishstore.com/blog/julukan-bagi-penggemar-buku/

https://bobo.grid.id/read/081884720/sering-membeli-buku-tapi-tidak-dibaca-wah-ternyata-ada-istilahnya?page=all

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/21/112421465/terpapar-virus-tsundoku-membeli-banyak-buku-tapi-tak-membacanya?

Thursday, May 9, 2024

Kota Wali Gresik

Long weekend di minggu kedua bulan Mei sangat disayangkan jika tidak disempatkan untuk olahraga. Oleh karena itu waktu yang tepat untuk gowes bareng lagi setelah Gowes ke Desa Leran Gresik pada bulan Januari lalu.

Konon, nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti gunung di tepi pantai, merujuk pada topografi kabupaten yang berada dipinggir pantai.

Pada tahun 1680 kedatuan Giri tunduk dibawah Mataram.

Tahun 1738 Gresik diambil alih oleh Madura ketika Bupati-Bupati Jawa di Mataram.

Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Gresik merupakan sebuah kawedanan dibawah Kabupaten Surabaya. 

Lalu pada tahun 1974, berubah menjadi Kabupaten Gresik.


Setelah gowes separuh perjalanan, kita sempatkan untuk istirahat sejenak di Pendopo Kabupaten Gresik. Atap teras pendopo di kompleks rumah dinas Bupati Gresik roboh pada Minggu, tanggal 13 November 2022, pukul 12.10 WIB, yang disebabkan lapuk karena bangunan tersebut memang sudah tua.

Tepat di seberang Pendopo Kabupaten Gresik, terdapat Alun-Alun Gresik yang merupakan fasilitas publik sehingga masyarakat maupun wisatawan bisa mengunjungi alun-alun ini secara bebas.

Sebelum proses renovasi di tahun 2017, area alun-alun merupakan tanah lapang dengan taman. Seperti alun-alun di daerah Jawa pada umumnya. Namun sejak tahun 2019, wajah Alun-Alun Kota Gresik semakin menawan. Berkonsep Timur Tengah, selain dipenuhi banyak pohon kurma, tabebuya, hingga tanaman-tanaman kecil.

Akhirnya sebelum mengakhiri gowes edisi hari ini, kita sarapan sehat dulu. 


Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Gresik

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/pendopo-pemkab-gresik-roboh-karena-lapuk/

https://www.tvonenews.com/daerah/jatim/81329-astaga-atap-pendopo-alun-alun-kabupaten-gresik-mendadak-ambruk-rata-dengan-tanah

https://www.jawapos.com/surabaya-raya/01348940/alunalun-gresik-makin-cantik-dengan-beragam-tanaman-berbentuk

Related Posts